SEORANG ANAK MENGKRITIK TUHAN
(Bercengkrama dengan Abd. Khalik) Kala itu, malam menyelimuti para pengungsi gempa bumi dusun takapa desa lombang. Kampung yang dulu damai penuh kebahagiaan kini menjadi sepi hampir menjadi desa mati. Tak satupun rumah layak dihuni. Anak-anak yang dulunya bermain di pelataran rumah sudah tidak nampak. Mereka belajar ngaji dan ilmu keislaman di masjid, bergeser ke lapang pengunsian yang hanya beralaskan daun beratap langit. Tatapan mereka penuh makna, seakan ingin bersenandung dan berbincang dengan takdir, mengapa harus begini? Walau begitu, harapan tidak boleh mati. Perjuangan masih panjang, masa depan harus lebih baik. Seorang bapak berkata: "Mungkin ini cara Tuhan menegur kita untuk hidup sederhana" Rumah yang megah dihiasi dipan-dipan telah menjadi bangkai tak layak huni. "Itu bata yang kita susun rapi sebenarnya tidak sadar membuat kuburan kita sendiri" Kata Ayah Nurul sambil melihat kebawah tanah. Bermacam-macam sikap emosional menafsirkan tragedi gempa, kada