Falsafah Do'a Akhir Tahun
FALSAFAH DO’A AKHIR TAHUN
Oleh: Farham Rahmat
Santri Milenial
Selanjutnya Ustadz menjelaskan makna do’a akhir tahun dengan didahului membaca do’a Pergantian Tahun, Berdasarkan perhitungan matahari atau bulan.
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
يَا مُقَلِّبَ اْلقُلُوبِ وَاْلاَبْصَارِ، يَا مُدَبِّرَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، يَا مَحَوِّلَ الْحَوْلِ وَاْلاَحْوَالِ، حَوِّلْ حَالَنَا إِلَى أَحْسَنِ الْحَالِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, Curahkan selalu Shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.
“Duhai Dzat Yang Membolak-balikkan hati dan pandangan, duhai Dzat Yang Mengatur malam dan siang, duhai Dzat Yang Merubah daya dan semua keadaan, Rubahlah keadaan kami pada keadaan yang paling baik dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi”.
Tahun baru menunjukkan keberhasilan bumi memutari matahari. Begitupula jiwa manusia, keberhasilannya jika berhasil memutari matahari makrifah (Syamsul Makrifah).
"Ya Muqallib Al-Qulub Wa Al-Abshor", Makna Qalbun dalam bahasa arab masih satu akar kata dengan Muqallibun dari Qolaba Yaqlibu artinya terbalik, makanya bahasa arab revolusi adalah Inqilab.
Hati secara bahasa adalah terbalik, sehingga cenderung untuk terbolak balik. Allah juga mempunyai sifat yang membolak balikkan hati. Makna etimologis hati adalah terbalik dan Allah pun membolak balikkan hati, sehingga sangat terbolak baliklah hati itu. Dalil ini menjadikan manusia sulit untuk konsisten dalam kebaikan, jika demikian memang benar adanya manusia mutlak mengalami berbagai macam kondisi jiwa, kadang bahagia, besok galau lagi, hari ini senang besok sedih dan begitu seterusnya. Dan apakah kondisi hati yang tidak baik adalah hasil candaan Allah yang mempermainkan hati manusia? ustadz Akbar kembali meluruskan pemahaman ini dengan analisis tajam.
Allah memang mampu membolak balikkan hati, namun Allah membolak balikkan hati kearah yang lebih baik, bukan malah hati berkualitas rendah. Hati memang pada dasarnya jika dibiarkan maka akan selalu terbawa arus duniawi yang dikenal sebagai alam ganggu, fana, penuh fatamorgana, dan perspektif yang relatif sehingga hati senantiasa terbolak balik. Ditambah dalam diri manusia terdapat hawa nafsu, emosional, dan imajinasi yang senantiasa menggoda hati.
Hari ini menggebu gebu jatuh cinta, besok sudah putus. Kemarin baik, tiba-tiba hari ini berubah jadi jahat. Sekarang semangat, beberapa saat kemudian jadi malas. Bahagia dengan cepat berubah jadi sedih dan kecewa, begitulah seterusnya. Inilah salah satu faktor pembeda antara binatang dan manusia dalam pendidikan. Seekor singa menjalani proses pendidikan dilatih oleh pawang sirkus, jika karakter singa tidak berubah sebagaimana kurikulumnya berarti yang salah adalah yang melatih, karena singa yang hanya beriradah (berkehendak) dan bergerak dengan insting takluk pada system yang sudah paten.
Berbeda dengan manusia, pendidikan tidak menjamin kualitas manusia menyempurna, bahkan jebolan lembaga pendidikan terbaik pun banyak yang munharif (menyimpang). Fenomena ini jelas yang salah belum tentu pendidik, sebab masing-masing manusia mempunyai hawa nafsu, emosional, imajinasi yang mudah mempengaruhi hatinya apalagi pada era ini banjir informasi sehingga sangat gampang mempengaruhi membolak balikkan hati. Baru berjarak dua jam setelah belajar, melihat informasi dari luar dua menit, lupa lagi dengan pelajaran.
Jadi, kegagalan seorang pendidik tidak bisa diukur dari kegagalan anak muridnya. Karena Rasulullah saw sendiri sebagai maha guru yang diutus untuk semua manusia dan jin tidak serta-merta semua anak didiknya berhasil, bahkan sebagian murtad, fasik, munafik, zalim dan tetap dalam kebodohannya.
Disinilah makna Sifat Suci "Muqallibal Qulub", jika hati terbawa arus keburukan maka Allah membalikkannya kepada kebaikan, jika terbalik lagi ke negatif maka Allah membalikkannya lagi ke positif, jika melenceng dari fitrah maka Allah membalikkannya kembali ke fitrah, dan seterusnya sampai manusia mencapai hati yang menyempurna. Tanpa kita sadari berbolak baliknya hati adalah nikmat yang tiada tara. Nikmat yang begitu indah terdapat pada perpindahan hati yang hina dina menjadi hati yang mulia.
"Wa al-abshor", betapa banyak manusia hari ini berubah pandangan ditipu oleh fatamorgana duniawi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dunia ini adalah dunia ganggu yang penuh dengan dialektika sehingga pandangan dalam berbagai aspek kehidupan ini sering berubah ubah. Pandangan keilmuan, pandangan ideologi, pandangan keagamaan, pandangan ekonomi, pandangan politik, pandangan sosial, pandangan budaya, dan seterusnya seringkali berubah.
Sifat Suci "Muqallibal Abshar" inilah yang senantiasa membalikkan pandangan yang salah ke yang benar, yang menyimpang ke yang lurus, yang kurang ke yang lebih sempurna, yang berbahaya ke yang bermanfaat. Sama dengan hati, terkadang sudah baik tapi terbawa arus keburukan lagi sehingga Allah dengan Muqallibal Abshar-Nya mengembalikan ke yang lebih baik. Allah Maha Kuasa merubah pandangan seseorang menjadi world view ukhrawi, seperti Rasulullah memandang dunia sebagai lahan mengumpul bekal ukhrawi, tidak memiliki nilai secara mandiri.
Imam Ali juga memandang dunia dengan sebuah kalimat “Dunia Bagi Saya Jauh Lebih Menjijikan Daripada Mocong Babi Yang Berpenyakit Lepra”. Coba perhatikan, moncong itu jijik, tambah babi lebih jijik lagi ditambah lagi penyakit lepra dan lebih menjijikkan. Tapi Imam Ali malah mengatakan dunia lebih menjijikkan dari moncong babi yang terkena penyakit lepra, begitu hinanya dunia sehingga Imam Ali mentalaq tiga dunia.
World view Imam Ali juga tergambar dalam kalimat “Seandainya Seluruh Bumi Berserta Isinya Menjadi Milikku Ketika Aku Mengambil Biji Gandum Di Mulut Semut, Maka Sungguh Aku Tidak Akan Melakukannya” kalau kita seratus ribu dengan membunuh satu semut atau bahkan lima puluh ribu dengan membunuh seratus semut saja pasti akan direbut. Candaan ustadz kepada santri-santinya.
Beliau melanjutkan bahwa kata Qolbun dan kata yang serumpun dalam Al-Qur’an mencapai 200 an kali sebutan. Ada Qolbun yang sakit "fi Qulubihim maradh", ada Qolbun yang keras "Qulubuhum Qashiyah", ada Qolbun yang tertutup terkunci "khatamallah 'ala Qulubihim", ada Qolbun yang buta "walakin ta' maa alqulub", ada Qalbun yang lalai "aghfalna qalbahu", ada Qolbun yang sehat "illa Man ataa Allah bi qalbin Salim", ada Qalbun yang kembali kepada Penciptanya "wa jaa a bi qalbin munib", dan masih banyak kondisi hati yang dijelaskan oleh Al-Qur’an. Diantara banyaknya kondisi hati ini, maka kita mestinya berusaha dan berdo’a agar kondisi hati tetap dalam kemuliaan dan tetap terarah. Untuk mencapai itu, maka perlu adanya bimbingan dari Al-Qur'an dan Rasulullah Saw.
Ya Mudabbira Al-Laili Wa An-Nahar. Wahai yang mengatur malam dan siang. "Wa ja’alna al-laila libasa, waja’alna an-nahara ma’asya" merupakan dua simbol fenomena alam semesta yang mewakili semua fenomena alam yang mempakkan dan memanifestasikan Sifat Allah Yang Mahakuasa Mengatur seluruh alam semesta. Keterikatan manusia dengan alam ini melahirkan berbagai macam keadaan dalam dirinya, yang sudah dijelaskan sebelumnya (tulisan part I).
Falsafah siang adalah kekuatan cahaya yang memberi makna kehidupan dan menampakkan sesuatu yang tidak terlihat diwaktu gelap, sehingga waktu itu tepat untuk beraktivitas. Begitupun dengan malam menjadi keterjauhan dari cahaya sehingga malam itu dijadikan sebagai pakaian dan selimut untuk beristirahat, semua ini dibawah aturan Allah. Sayangnya pembahasan falsasah cahaya ini tidak dijelaskan secara paripurna oleh guru kita ustadz Akbar Saleh, disebabkan waktu yang tidak memungkinkan.
Yang terakhir adalah “Ya Muhawwila Al-Hauli Wa Al-Ahwal” kekuatan pun juga selalu mengalami perubahan, La Haula Wa La Quwwata Illa Billah, sejatinya kekuatan hanya ada pada Allah. Namun kita berharap kekuatan yang Allah amanahkan kepada kita selalu menguat dan dihadapkan kepada hal hal yang positif. Contoh kecil fenomena anak muda, ketika bermain footsal kekuatan berlipat ganda, namun pada saat menghafal pelajaran malah menjadi loyo seperti baterai hp yang lowbat.
Mengangkat mata pada saat sholat subuh sungguh sangat berat, namun mata sangat kuat ketika melihat game dan FB di hp. Sangat kuat melakukan untuk urusan pribadinya tapi tak berdaya di saat diminta membantu urusan umum. Kita berharap dari berubah rubahnya kekuatan ini, semoga kekuatan kita senantiasa ditambah dan diarahkan kepada hal hal yang mulia yang diridhai oleh Allah Swt. Pada saat belajar, semangatnya kuat, ketika beribadah luar biasa konsentrasinya, ketika braktivitas membantu orang lain diberikan kekuatan yang tinggi, dan sebagainya.
Ahwal adalah kondisi yang sering berubah ubah dalam dunia materi ini. Setiap saat kita mengalami perubahan situasi dan kondisi. Inilah yang membuat banyak manusia bermasalah sehingga lalai dari tujuan penciptaan. Allah lah yang selalu merubah ke yang lebih baik di saat kita terbawa arus ke kondisi yang tidak baik.
Dari awal doa "ya Muqallibal Qulub" sampai "ya Muhawwilal Haul wal Ahwal" yang merupakan kunci dan faktor utama kegagalan sekaligus kesuksesan dalam menjalani hidup di dunia ini, karena itu dirangkum dengan permohonan inti "Hawwil Haalana Ila Ahsani Al-Hal", Ya Allah, rubahlah kondisi kami kearah kondisi yang terbaik. Apapun aktivitasnya, beribadah, belajar, bekerja, berkhidmat dan sebagainya selalu diarahkan hatinya kepada Allah, pandangannya lebih luas dan istiqamah dalam kebenaran menuju kesempurnaan, segala aktivitasnya siang malam di bawah Cahaya Allah Yang Mudabbir Allail wa Annahar, diberikan tenaga yang prima dan kekuatan yang hebat menuju kepada-Nya, dan diberikan kondisi dan momentum untuk senantiasa berkhidmat kepada-Nya sehingga menjadi hamba yang terbaik di Sisi-Nya.
Semoga pada malam ini moment tahun baru kita berdo’a dengan penuh hikmat kepada Allah, tahun kemarin tahun 2018 kondisi hati yang masih gelap gulita dan terbolak balik dalam ketidakjelasan, tahun 2019 Allah merubah hati kita menjadi mulia terang menderang. Siang dan malam yang kita lewati selama 365 hari lamanya banyak penyimpangan yang kita lakukan, dan semoga tahun besok siang dan malam kita menjadi lebih berkah, bermanfaat, dan terarah. Begitupun dengan kekuatan kita lebih banyak kita gunakan dalam hal-hal yang kurang produktif atau yang negatif pada tahun 2018, kita berdoa semoga tahun 2019 Allah merubah kekuatan itu menjadi super dalam melakukan hal-hal yang berkualitas dan produktif dalam menghamba dan beribadah kepada-Nya.
Ya Allah, berikanlah setiap saat momentum dan keadaan terbaik sehingga kami bisa maksimal dalam menghamba kepada-Mu.
Hari raya merupakan momentum yang terbaik dan Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang tidak bermaksiat dalam satu harinya maka itu adalah hari raya baginya".
Akhir kata, mari kita berdo’a bersama pada akhir tahun ini. Do’a mampu merubah bencana menjadi berkah. Semoga perjalanan bumi memutari matahari tahun depan tidak menimbulkan banyak bencana alam, bencana yang terjadi tidak memakan korban dan kerugian. Semoga Allah Menganugerahi kepada para ilmuwan kedalaman ilmu yang bisa mendeteksi tempat dan waktu bencana alam secara akurat.
Semoga Allah memberikan kesadaran kepada orang-orang yang melakukan pengrusakan alam. Bencana yang terjadi hakikatnya adalah pergerakan semesta yang menata dirinya untuk menyempurna. Sehingga kita bisa mengatakan bahwa fenomena-fenomena alam adalah fenomena alam yang memang harus terjadi tidak terhindarkan berdasarkan hukum takwini dan kausalitas yang ada padanya. Seperti kejadian banjir besar pada masa nabi Nuh, ini adalah kejadian alam yang harus terjadi makanya Allah memberikan peringatan kepada Nabi Nuh dan umatnya untuk pergi ke pegunungan, sebab pada kondisi saat itu, tsunami tidak akan terbendung karena memang alam sudah meniti gerakannya untuk itu, kaumnya yang diazab dengan bencana tersebut dengan dibiarkan menetap di tempat itu atau diarahkan ke situ.
Jadi orang yang layak mendapat azab karena kekufurannya ditimpakan kepadanya kejadian alam ini. Orang-orang baik yang tertimpa menjadi penghapus dosa sekaligus menjadikannya pembelajaran dan sarana untuk makin bersabar dan menyempurna. Dalam arti kata tidak ada keniscayaan pembangakangan menjadi penyebab adanya bencana alam, melainkan hukum alam memang demikian adanya. Umumnya yang tertimpa musibah banyak juga orang baik. Kaum yang diazab dengan bencana alam karena pembangkangannya sebagaimana dalam Al-Qur'an bukan karena faktor dosanya yang meniscayakan munculnya bencana alam tapi dia dibuat menetap atau dituntun ke tempat bencana alam tersebut.
Tapi sekali lagi, bukan semua yang tertimpa bencana adalah azab baginya. Ini tergantung perspektif dan tinjauannya. Sang guru menekankan tentang bencana karena negara kita yang secara geografis berada di Asia Tenggara di garis khatulistiwa pada tahun 2018 proses putaran bumi mengelilingi matahari banyak menimbulkan bencana alam. Oleh sebab itu, malam ini mari kita berdo’a membaca surah al-fatihah sebanyak tujuh kali dan do’a akhir tahun sebanyak 14 kali. Guru kita Al-Mukarram Ustadz Akbar Saleh menutup dengan pembacaan do'a akhir tahun.
Oleh: Farham Rahmat
Santri Milenial
Selanjutnya Ustadz menjelaskan makna do’a akhir tahun dengan didahului membaca do’a Pergantian Tahun, Berdasarkan perhitungan matahari atau bulan.
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
يَا مُقَلِّبَ اْلقُلُوبِ وَاْلاَبْصَارِ، يَا مُدَبِّرَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، يَا مَحَوِّلَ الْحَوْلِ وَاْلاَحْوَالِ، حَوِّلْ حَالَنَا إِلَى أَحْسَنِ الْحَالِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, Curahkan selalu Shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.
“Duhai Dzat Yang Membolak-balikkan hati dan pandangan, duhai Dzat Yang Mengatur malam dan siang, duhai Dzat Yang Merubah daya dan semua keadaan, Rubahlah keadaan kami pada keadaan yang paling baik dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi”.
Tahun baru menunjukkan keberhasilan bumi memutari matahari. Begitupula jiwa manusia, keberhasilannya jika berhasil memutari matahari makrifah (Syamsul Makrifah).
"Ya Muqallib Al-Qulub Wa Al-Abshor", Makna Qalbun dalam bahasa arab masih satu akar kata dengan Muqallibun dari Qolaba Yaqlibu artinya terbalik, makanya bahasa arab revolusi adalah Inqilab.
Hati secara bahasa adalah terbalik, sehingga cenderung untuk terbolak balik. Allah juga mempunyai sifat yang membolak balikkan hati. Makna etimologis hati adalah terbalik dan Allah pun membolak balikkan hati, sehingga sangat terbolak baliklah hati itu. Dalil ini menjadikan manusia sulit untuk konsisten dalam kebaikan, jika demikian memang benar adanya manusia mutlak mengalami berbagai macam kondisi jiwa, kadang bahagia, besok galau lagi, hari ini senang besok sedih dan begitu seterusnya. Dan apakah kondisi hati yang tidak baik adalah hasil candaan Allah yang mempermainkan hati manusia? ustadz Akbar kembali meluruskan pemahaman ini dengan analisis tajam.
Allah memang mampu membolak balikkan hati, namun Allah membolak balikkan hati kearah yang lebih baik, bukan malah hati berkualitas rendah. Hati memang pada dasarnya jika dibiarkan maka akan selalu terbawa arus duniawi yang dikenal sebagai alam ganggu, fana, penuh fatamorgana, dan perspektif yang relatif sehingga hati senantiasa terbolak balik. Ditambah dalam diri manusia terdapat hawa nafsu, emosional, dan imajinasi yang senantiasa menggoda hati.
Hari ini menggebu gebu jatuh cinta, besok sudah putus. Kemarin baik, tiba-tiba hari ini berubah jadi jahat. Sekarang semangat, beberapa saat kemudian jadi malas. Bahagia dengan cepat berubah jadi sedih dan kecewa, begitulah seterusnya. Inilah salah satu faktor pembeda antara binatang dan manusia dalam pendidikan. Seekor singa menjalani proses pendidikan dilatih oleh pawang sirkus, jika karakter singa tidak berubah sebagaimana kurikulumnya berarti yang salah adalah yang melatih, karena singa yang hanya beriradah (berkehendak) dan bergerak dengan insting takluk pada system yang sudah paten.
Berbeda dengan manusia, pendidikan tidak menjamin kualitas manusia menyempurna, bahkan jebolan lembaga pendidikan terbaik pun banyak yang munharif (menyimpang). Fenomena ini jelas yang salah belum tentu pendidik, sebab masing-masing manusia mempunyai hawa nafsu, emosional, imajinasi yang mudah mempengaruhi hatinya apalagi pada era ini banjir informasi sehingga sangat gampang mempengaruhi membolak balikkan hati. Baru berjarak dua jam setelah belajar, melihat informasi dari luar dua menit, lupa lagi dengan pelajaran.
Jadi, kegagalan seorang pendidik tidak bisa diukur dari kegagalan anak muridnya. Karena Rasulullah saw sendiri sebagai maha guru yang diutus untuk semua manusia dan jin tidak serta-merta semua anak didiknya berhasil, bahkan sebagian murtad, fasik, munafik, zalim dan tetap dalam kebodohannya.
Disinilah makna Sifat Suci "Muqallibal Qulub", jika hati terbawa arus keburukan maka Allah membalikkannya kepada kebaikan, jika terbalik lagi ke negatif maka Allah membalikkannya lagi ke positif, jika melenceng dari fitrah maka Allah membalikkannya kembali ke fitrah, dan seterusnya sampai manusia mencapai hati yang menyempurna. Tanpa kita sadari berbolak baliknya hati adalah nikmat yang tiada tara. Nikmat yang begitu indah terdapat pada perpindahan hati yang hina dina menjadi hati yang mulia.
"Wa al-abshor", betapa banyak manusia hari ini berubah pandangan ditipu oleh fatamorgana duniawi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dunia ini adalah dunia ganggu yang penuh dengan dialektika sehingga pandangan dalam berbagai aspek kehidupan ini sering berubah ubah. Pandangan keilmuan, pandangan ideologi, pandangan keagamaan, pandangan ekonomi, pandangan politik, pandangan sosial, pandangan budaya, dan seterusnya seringkali berubah.
Sifat Suci "Muqallibal Abshar" inilah yang senantiasa membalikkan pandangan yang salah ke yang benar, yang menyimpang ke yang lurus, yang kurang ke yang lebih sempurna, yang berbahaya ke yang bermanfaat. Sama dengan hati, terkadang sudah baik tapi terbawa arus keburukan lagi sehingga Allah dengan Muqallibal Abshar-Nya mengembalikan ke yang lebih baik. Allah Maha Kuasa merubah pandangan seseorang menjadi world view ukhrawi, seperti Rasulullah memandang dunia sebagai lahan mengumpul bekal ukhrawi, tidak memiliki nilai secara mandiri.
Imam Ali juga memandang dunia dengan sebuah kalimat “Dunia Bagi Saya Jauh Lebih Menjijikan Daripada Mocong Babi Yang Berpenyakit Lepra”. Coba perhatikan, moncong itu jijik, tambah babi lebih jijik lagi ditambah lagi penyakit lepra dan lebih menjijikkan. Tapi Imam Ali malah mengatakan dunia lebih menjijikkan dari moncong babi yang terkena penyakit lepra, begitu hinanya dunia sehingga Imam Ali mentalaq tiga dunia.
World view Imam Ali juga tergambar dalam kalimat “Seandainya Seluruh Bumi Berserta Isinya Menjadi Milikku Ketika Aku Mengambil Biji Gandum Di Mulut Semut, Maka Sungguh Aku Tidak Akan Melakukannya” kalau kita seratus ribu dengan membunuh satu semut atau bahkan lima puluh ribu dengan membunuh seratus semut saja pasti akan direbut. Candaan ustadz kepada santri-santinya.
Beliau melanjutkan bahwa kata Qolbun dan kata yang serumpun dalam Al-Qur’an mencapai 200 an kali sebutan. Ada Qolbun yang sakit "fi Qulubihim maradh", ada Qolbun yang keras "Qulubuhum Qashiyah", ada Qolbun yang tertutup terkunci "khatamallah 'ala Qulubihim", ada Qolbun yang buta "walakin ta' maa alqulub", ada Qalbun yang lalai "aghfalna qalbahu", ada Qolbun yang sehat "illa Man ataa Allah bi qalbin Salim", ada Qalbun yang kembali kepada Penciptanya "wa jaa a bi qalbin munib", dan masih banyak kondisi hati yang dijelaskan oleh Al-Qur’an. Diantara banyaknya kondisi hati ini, maka kita mestinya berusaha dan berdo’a agar kondisi hati tetap dalam kemuliaan dan tetap terarah. Untuk mencapai itu, maka perlu adanya bimbingan dari Al-Qur'an dan Rasulullah Saw.
Ya Mudabbira Al-Laili Wa An-Nahar. Wahai yang mengatur malam dan siang. "Wa ja’alna al-laila libasa, waja’alna an-nahara ma’asya" merupakan dua simbol fenomena alam semesta yang mewakili semua fenomena alam yang mempakkan dan memanifestasikan Sifat Allah Yang Mahakuasa Mengatur seluruh alam semesta. Keterikatan manusia dengan alam ini melahirkan berbagai macam keadaan dalam dirinya, yang sudah dijelaskan sebelumnya (tulisan part I).
Falsafah siang adalah kekuatan cahaya yang memberi makna kehidupan dan menampakkan sesuatu yang tidak terlihat diwaktu gelap, sehingga waktu itu tepat untuk beraktivitas. Begitupun dengan malam menjadi keterjauhan dari cahaya sehingga malam itu dijadikan sebagai pakaian dan selimut untuk beristirahat, semua ini dibawah aturan Allah. Sayangnya pembahasan falsasah cahaya ini tidak dijelaskan secara paripurna oleh guru kita ustadz Akbar Saleh, disebabkan waktu yang tidak memungkinkan.
Yang terakhir adalah “Ya Muhawwila Al-Hauli Wa Al-Ahwal” kekuatan pun juga selalu mengalami perubahan, La Haula Wa La Quwwata Illa Billah, sejatinya kekuatan hanya ada pada Allah. Namun kita berharap kekuatan yang Allah amanahkan kepada kita selalu menguat dan dihadapkan kepada hal hal yang positif. Contoh kecil fenomena anak muda, ketika bermain footsal kekuatan berlipat ganda, namun pada saat menghafal pelajaran malah menjadi loyo seperti baterai hp yang lowbat.
Mengangkat mata pada saat sholat subuh sungguh sangat berat, namun mata sangat kuat ketika melihat game dan FB di hp. Sangat kuat melakukan untuk urusan pribadinya tapi tak berdaya di saat diminta membantu urusan umum. Kita berharap dari berubah rubahnya kekuatan ini, semoga kekuatan kita senantiasa ditambah dan diarahkan kepada hal hal yang mulia yang diridhai oleh Allah Swt. Pada saat belajar, semangatnya kuat, ketika beribadah luar biasa konsentrasinya, ketika braktivitas membantu orang lain diberikan kekuatan yang tinggi, dan sebagainya.
Ahwal adalah kondisi yang sering berubah ubah dalam dunia materi ini. Setiap saat kita mengalami perubahan situasi dan kondisi. Inilah yang membuat banyak manusia bermasalah sehingga lalai dari tujuan penciptaan. Allah lah yang selalu merubah ke yang lebih baik di saat kita terbawa arus ke kondisi yang tidak baik.
Dari awal doa "ya Muqallibal Qulub" sampai "ya Muhawwilal Haul wal Ahwal" yang merupakan kunci dan faktor utama kegagalan sekaligus kesuksesan dalam menjalani hidup di dunia ini, karena itu dirangkum dengan permohonan inti "Hawwil Haalana Ila Ahsani Al-Hal", Ya Allah, rubahlah kondisi kami kearah kondisi yang terbaik. Apapun aktivitasnya, beribadah, belajar, bekerja, berkhidmat dan sebagainya selalu diarahkan hatinya kepada Allah, pandangannya lebih luas dan istiqamah dalam kebenaran menuju kesempurnaan, segala aktivitasnya siang malam di bawah Cahaya Allah Yang Mudabbir Allail wa Annahar, diberikan tenaga yang prima dan kekuatan yang hebat menuju kepada-Nya, dan diberikan kondisi dan momentum untuk senantiasa berkhidmat kepada-Nya sehingga menjadi hamba yang terbaik di Sisi-Nya.
Semoga pada malam ini moment tahun baru kita berdo’a dengan penuh hikmat kepada Allah, tahun kemarin tahun 2018 kondisi hati yang masih gelap gulita dan terbolak balik dalam ketidakjelasan, tahun 2019 Allah merubah hati kita menjadi mulia terang menderang. Siang dan malam yang kita lewati selama 365 hari lamanya banyak penyimpangan yang kita lakukan, dan semoga tahun besok siang dan malam kita menjadi lebih berkah, bermanfaat, dan terarah. Begitupun dengan kekuatan kita lebih banyak kita gunakan dalam hal-hal yang kurang produktif atau yang negatif pada tahun 2018, kita berdoa semoga tahun 2019 Allah merubah kekuatan itu menjadi super dalam melakukan hal-hal yang berkualitas dan produktif dalam menghamba dan beribadah kepada-Nya.
Ya Allah, berikanlah setiap saat momentum dan keadaan terbaik sehingga kami bisa maksimal dalam menghamba kepada-Mu.
Hari raya merupakan momentum yang terbaik dan Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang tidak bermaksiat dalam satu harinya maka itu adalah hari raya baginya".
Akhir kata, mari kita berdo’a bersama pada akhir tahun ini. Do’a mampu merubah bencana menjadi berkah. Semoga perjalanan bumi memutari matahari tahun depan tidak menimbulkan banyak bencana alam, bencana yang terjadi tidak memakan korban dan kerugian. Semoga Allah Menganugerahi kepada para ilmuwan kedalaman ilmu yang bisa mendeteksi tempat dan waktu bencana alam secara akurat.
Semoga Allah memberikan kesadaran kepada orang-orang yang melakukan pengrusakan alam. Bencana yang terjadi hakikatnya adalah pergerakan semesta yang menata dirinya untuk menyempurna. Sehingga kita bisa mengatakan bahwa fenomena-fenomena alam adalah fenomena alam yang memang harus terjadi tidak terhindarkan berdasarkan hukum takwini dan kausalitas yang ada padanya. Seperti kejadian banjir besar pada masa nabi Nuh, ini adalah kejadian alam yang harus terjadi makanya Allah memberikan peringatan kepada Nabi Nuh dan umatnya untuk pergi ke pegunungan, sebab pada kondisi saat itu, tsunami tidak akan terbendung karena memang alam sudah meniti gerakannya untuk itu, kaumnya yang diazab dengan bencana tersebut dengan dibiarkan menetap di tempat itu atau diarahkan ke situ.
Jadi orang yang layak mendapat azab karena kekufurannya ditimpakan kepadanya kejadian alam ini. Orang-orang baik yang tertimpa menjadi penghapus dosa sekaligus menjadikannya pembelajaran dan sarana untuk makin bersabar dan menyempurna. Dalam arti kata tidak ada keniscayaan pembangakangan menjadi penyebab adanya bencana alam, melainkan hukum alam memang demikian adanya. Umumnya yang tertimpa musibah banyak juga orang baik. Kaum yang diazab dengan bencana alam karena pembangkangannya sebagaimana dalam Al-Qur'an bukan karena faktor dosanya yang meniscayakan munculnya bencana alam tapi dia dibuat menetap atau dituntun ke tempat bencana alam tersebut.
Tapi sekali lagi, bukan semua yang tertimpa bencana adalah azab baginya. Ini tergantung perspektif dan tinjauannya. Sang guru menekankan tentang bencana karena negara kita yang secara geografis berada di Asia Tenggara di garis khatulistiwa pada tahun 2018 proses putaran bumi mengelilingi matahari banyak menimbulkan bencana alam. Oleh sebab itu, malam ini mari kita berdo’a membaca surah al-fatihah sebanyak tujuh kali dan do’a akhir tahun sebanyak 14 kali. Guru kita Al-Mukarram Ustadz Akbar Saleh menutup dengan pembacaan do'a akhir tahun.
Comments
Post a Comment