Falsafah Tahun Baru

               (Sumber Photo: amp Kaskus.co.id)



FALSAFAH TAHUN BARU: Merayakan Pergantian Tahun Baru, Bolehkah ?


Oleh: Farham Rahmat

Santri Milenial

Tahun baru adalah keberhasilan bumi mengelilingi matahari sehingga kita yang diliputi waktu mampu melanjutkan aktivitas dari sekian lama 365 hari bumi menjelajah, Indonesia adalah zamrud khatulistiwa yang melewati beberapa musim dan gerak materi. Selama bumi menjelajahi matahari banyak fenomena yang terjadi, gempa terjadi di Lombok, gempa dan tsunami di palu sigi donggala, mamasa bergoyang karena gempa, kembali bogor dihantam angin topan, banten pandeglan selat sunda dihempas tsunami, terakhir barru banjir bandang, semua ini terjadi di akhir akhir perjalan bumi tahun 2018. Semoga tahun 2019 Indonesia perputaran bumi lebih aman dan terselamatkan tanpa memakan korban dan kerugian, tegas pimpinan pondok pesantren Ustadz Akbar Saleh.

Diujung tahun 2018 santri Khatamun Nabiyyin menggelar do’a bersama di auditorium Khatamun Nabiyyin Jakarta. Tahun baru adalah salah satu ‘urf (kebiasaan tertentu yang bersifat umum dan berlaku secara luas di masyarakat atau daerah) orang terdahulu dan sekarang. Islam adalah agama sempurna dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang paripurna “Tibyanan Li Kulli Syai” ajaran yang sempurna dan menuntun manusia untuk menyempurna. Sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa semua yang bukan produk Islam harus disingkirkan, hanya Islam yang menjadi pedoman kehidupan manusia, baik itu ekonomi, politik, budaya, pendidikan, bahkan tradisi adat istiadat yang bukan produk Islam harus dilenyapkan. Pemahaman ini dari “Al-Yauma Akmaltu Lakum Diina Kum” Hari ini telah kusempurnakan agamamu.

Ayat ini sejalan dengan hadits Nabi “Kullu Bid’ah Ad-Dholalah, Wa Kullu Dholalah Fi An-Nar” hanya menghafal hadits ini yang disertai dengan pemahaman yang salah akan mengalahkan ulama yang menghafal ribuan hadits, sebab arahnya selalu menyalahkan dan membid’ahkan yang berbeda pahamnya, seperti tahun baru  juga bid’ah adanya. Dalam arti kata, jika masih menggunakan sesuatu yang lain yang bukan dari agama islam maka pasti itu bid’ah, sebab islam sudah sempurna, melakukan bid’ah artinya mengingkari dua ayat tadi tentang kesempurnaan agama islam, yaitu “Tibyanan Li Kulli Syai” dan “Al-Yauma Akmaltu Lakum Diina Kum”. Dan perayaan tahun baru termasuk sesuatu yang bid’ah. Sekarang mari kita perhatikan lebih teliti tentang faham ini.

Islam sempurna bukan berarti harus menjelaskan semuanya dari awal dan menafikan semua yang lain. Namun, islam mengajarkan kebenaran dan kebaikan universal yang belum diketahui baik dari aspek nadzari maupun dari aspek amali dan sekaligus menjadi barometer serta tolak ukur yang mampu menyeimbangkan dan mengharmonisasikan tatanan kehidupan dari berbagai aspeknya secara sempurna. Maksudnya, sistem dan paradigma yang sudah berjalan baik di bidang budaya, sosial, politik, ekonomi, bahkan pemikiran dan ideologi semuanya ditimbang di atas neraca islam yang sempurna dan detail ini, sehingga terukur sisi baik, buruk, benar, salah, lurus, dan bengkoknya. Yang dasarnya baik tapi masih kurang maka disempurnakan, yang menyimpang maka diluruskan, yang tidak menyimpang maka tidak dipermasalahkan.

Penyimpangan yang sudah tidak bisa diluruskan maka inilah yang dilarang. Budaya yang ada di nusantara diukur oleh islam, jika memang benar maka silahkan lanjutkan, jika ada yang keluar dari jalur maka diarahkan bukan menyingkirkan semua budaya nusantara. Ustadz akbar memberi analogi sederhana bahwa kesempurnaan smartphone ketika mampu connect dengan jaringan dimanapun dia berada atau berguna bagi siapapun yang menggunakannya tanpa ada masalah. Begitupun dengan warisan kebudayaan kaum jahiliyah, ada yang dilanjutkan dan disempurnakan oleh islam, seperti manasik haji, hukum waris, puasa, diyat, sa’i bolak balik dari shafa ke marwah, dan lainnya semua warisan tradisi ini diluruskan dan tetap dilanjutkan oleh islam. Dalam istilah fiqih dan ushul fiqih ada yang disebut ‘urf, (kebiasaan tertentu yang bersifat umum dan berlaku secara luas di masyarakat atau daerah), dan ini juga sudah berlaku sebelum Islam.

Pergantian tahun, baik itu dengan hitungan matahari ataupun bulan serta perbedaan star hitungan sesuai versinya masing-masing bisa dikategorikan “urf.
Kalender miladi menggunakan perhitungan matahari dan star hitungannya dari kelahiran Nabi Isa. Kalender Hijriyah menggunakan perhitungan bulan yang star hitungannya dari Hijrahnya Rasulullah Saw. Kalender Persia menggunakan perhitungan matahari yang star hitungannya juga dari Hijrahnya Rasulullah Saw. Klender china juga punya hitungan tersendiri. Namun sekarang klender miladi yang resmi digunakan di banyak Negara termasuk Indonesia, sehingga yang harmoni dalam mindset masyarakat kita adalah klender ini.

Manusia dengan keterikatannya dengan sistem alam ini, terkadang tabiat, jiwa, dan pikiran masih terpengaruh dengan situasi lahiriah dan momentum tertentu. Karena itu, putaran planet ini mempunyai pengaruh tersendiri. Seperti malam tempat untuk beristirahat “Waja’alna Naumakum Subata Wa Ja’alna Al-Laila Libasa, Wa Jaalna An-Nahara Ma’asya”, jika salah menempatkan maka akan ada keganjilan karena menabrak hukum waktu, ini banyak terjadi pada anak muda zaman sekarang. Makanya ada larangan tidur sore dari orang tua kita di kampung, karena kondisi yang kurang baik dipengaruhi oleh waktu sore ketika tidur. Jika seorang istri selalu suntuk dan bermuka masam, maka usahakan maklumi jika itu terjadi pada pertengahan bulan hijriyah, sebab bulan purnama mampu mengangkat air laut menjadi pasang, begitupun dengan darah dipengaruhi bulan purnama sehingga bawaanya emosi, apatahlagi ketika bersamaan datang bulan.

Mendoakan keluarga yang sudah meninggal, berdoa di rumah dan berdoa langsung di makamnya akan memberikan rasa dan jiwa berbeda. Mendoakan para korban gempa di rumah dan mendoakan langsung di lokasi gempa memberikan kekhusyu’an berbeda. Bersilaturahmi di momentum lebaran dan di hari-hari biasa memberikan kesan yang berbeda. Al-qur’an mengajarkan ada tempat tertentu lebih terijabahnya do’a, seperti “Hunalika Da’a Zakariya Rabbahu” disanalah Nabi Zakariya berdoa kepada Tuhannya. Sekian lama Nabi Zakariya berdoa untuk mempunyai keturunan, namun pada suatu tempat  terkabul doanya. Tempat itu adalah mihrab Sayyidah maryam. Spontan terkabul dan diberikan putra bernama Nabi Yahya. Padahal muqtadho (faktor pendukung) dan sebab melahirkan hampir mustahil karena istrinya sudah tua, medis menyebutnya sudah menopause tidak bisa melahirkan lagi.

Juga dalam islam ada waktu-waktu tertentu dimakruhkan berhubungan badan yang melahirkan anak.
Banyak rahasia dan hikmah dalam perputaran planet di jagad raya ini, seperti dalam ayat “Laqad Khalakna Al-Insana Fi Ahsani Takwim” terjemahan dan tafsir yang masyhur fi ahsani takwim adalah sebaik baik bentuk secara fisikly. Jika seperti itu, apakah makhluk lain tidak baik bentuk penciptaannya?. Allah Swt menciptakan makhluk dalam neraca keseimbangan dan keadilan, bentuk semut lebih sempurna menurut semut, begitupun dengan jerapah bangga dengan leher panjangnya, kucing bangga dengan bulu dan cakarnya. Lalu apa artinya ahsani taqwim ?

Sebenarnya banyak tafsiran tentang ayat ini, salah satu tafsirannya Fi Ahsani takwim adalah pada posisi waktu yang berdasarkan posisi planet yang terbaik. Manusia diciptakan pada waktu yang sangat sempurna. Pertanggalan yang tepat, pas ketika posisi seluruh bintang, planet dan seluruh galaxy termasuk matahari sangat harmoni, seimbang, dan sempurna. Makanya asal kata taqwim dalam bahasa arab juga bermakna penempatan waktu (perkalenderan). Artinya manusia diciptakan pada waktu yang sangat sempurna, posisi benda galaxy yang harmoni dan itulah yang disebut Ahsani Takwim sebaik baik penciptaan. Ini salah satu tafsirannya.

Diriwayatkan dalam suatu kisah antara Nabi Khidir dan Nabi Zulkarnain. Orang tua Nabi zulkarnain adalah ahli perbintangan dan mengetahui bahwa pada tanggal sekian, hari sekian, posisi bintang sangat harmoni dan sempurna, terjadi hanya sekali dalam seratus ribu tahun. Bagi yang pada malam itu berhubungan sehingga melahirkan seorang anak, maka anaknya akan panjang umurnya dan akan menjadi Nabi yang luar biasa. Informasi itu didengar oleh orang tua Nabi Khidir.

Singkat cerita, Ayah Zulkarnain tertidur dan melewatkan waktu paling tepatnya dan terbangun sebelum subuh. Karena biasanya yang mengatakan langsung cenderung lupa apa yang telah disampaikan, sementara yang mendengar cenderung merekam dan sangat mengingat. Sehingga ayah Nabi Khidir mengamalkan apa yang didengar dari ayahnya Zulkarnain pada waktunya yang tepat, sementara ayah Zulkarnain mengamalkannya beberapa saat setelah waktunya yang tepat. Sehingga nabi Nabi Khidir dengan  kedahsyaatan yang dimilikinya, begitupula  nabi Zulkarnain.

Begitupun dengan kelahiran Nabi yang paling agung Rasulullah Muhammad Saw. Kelahirannya terbaca dengan ilmu perbintangan jauh hari sebelum kelahiran beliau, disaat posisi bintang dan planet sangat harmoni dengan tanda-tanda yang yang diketahui oleh para pakar. Karena itulah orang-orang yang tidak menginginkan kelahiran Nabi Penutup yang sudah dijanjikan dengan berbagai alasan-alasan duniawi berusaha mengincar dan hendak membunuhnya agar tidak ada Nabi penutup. Akhirnya berbagai cobaan yang menimpa Rasulullah Saw bahkan sebelum beliau dilahirkan. Terbunuhnya ayahanda beliau,  usaha Abrahah menghancurkan Ka’bah, terpisahnya Rasulullah saw dengan ibundanya tercinta, dan lain sebagainya. Mirip yang terjadi pada Nabi Musa yang sudah diketahui oleh fir’aun dari penyihir sehingga diperintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki.

Kenapa kelahiran para Nabi mampu terdeteksi oleh musuh Allah Swt? Abrahah tiba-tiba menyerang ka’bah untuk membunuh Nabi Muhammad, Fir’aun tiba-tiba menciptakan gerakan genosida untuk para bayi? itu karena informasi yang mereka dapatkan dari ilmuwan yang mengetahui perbintangan.
Semua fenomena perbintangan ini terangkum dalam kalender.

Karena itu, momentum pergantian tahun yang sudah harmoni dalam mindset masyarakat dan yang menjadi ‘Urf pasti akan memberikan kesan dan pesan tersendiri jika digunakan untuk muhasabah, berdoa, tajdidunniyah (memperbaharui niat), dan kegiatan lainnya yang positif. Lepas dari apakah itu tahun miladi atau tahun hijriah atau tahun lainnya.

Jika tahun hijriah yang lebih kuat ‘urfnya daripada tahun miladi maka pasti momentumnya lebih tepat. Adapun pembahasan tentang cara membentuk ‘urf dan membentuk mindset pada kajian yang lain insya Allah.
Tahun baru menunjukkan bumi sudah sempurna perjalanan berotasi mengelilingi matahari lepas dari tahun hijriyah atau masehi. Betapa banyak aktivitas manusia bahkan seluruh makhluk dan system kehidupan dalam berbagai aspeknya bergantung kepada waktu. Apakah itu urusan ibadah, ekonomi, politik, budaya, pernikahan, dan lainnya. Sampai pada beberapa gerakan dengan nama islam juga membuat momentum khusus pada tanggal tertentu berdasarkan tahun miladi, seperti gerakan 212, tanggal 2 bulan 12.

Karena kebergantungan manusia kepada pertanggalan yang sangat kuat sehingga melahirkan kesan tersendiri di waktu-waktu tertentu, termasuk tahun baru. Kemudian, apakah setiap moment itu terbaik ketika digunakan untuk hal hal terbaik?
Banyak moment terbaik karena waktu terbaik yang menjadi salah satu sebabnya. Ustadz Akbar menjelaskan ini dalam syarah do’a akhir tahun, akan saya tuliskan pada lembaran selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA