Hikmah Maulid Imam Besar Masjid Istiqlal PART II

BERGURU LANGSUNG KEPADA NABI MUHAMMAD

(Hikmah Maulid Prof. DR. Nasaruddin Umar. M.A) Part II

By: Farham Rahmat

Santri Millenial

Pengaruh Nabi Muhammad yang masih aktif adalah bukti bahwa dua alam berbeda mampu memberikan effect satu sama lain. Orang mati sangat memberikan pengaruh kepada yang masih hidup. Orang hidup memberi pengaruh kepada orang mati itu biasa biasa saja, seperti hadits Nabi

عن أبي هريرة أن رسول الله. قال: إذا مات إبن آدم إنقطاع عمله إلا من ثلاثة: صدقة جارية أعلم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rosulullah Saw. bersabda: ”Apabila ‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang d manfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakan dia.” (HR Muslim).

Do’a seorang anak itu akan menjadi hadiah berbentuk parcel yang menghibur orang tuanya di alam kubur dan akhirat. Namun bagaimana jika orang  kalau orang mati memberikan efek luar biasa kepada orang hidup ? perkara itu sungguh sangat kontrversi luar biasa, apakah bisa orang meninggal mampu memberikan efek kepada orang yang masih hidup ?. Coba kita perhatikan dua kisah pada tulisan sebelumnya, Rasulullah sudah wafat tapi masih bisa memberikan pengampunan dosa yang bertawassul bersholawat kepadanya.

Makanya dalam Al-Qur’an Rasulullah selalu dilukiskan dalam frasa bahasa bentuk Fi’il Mudhori’ (simple present atau simple future) kata kerja sekarang dan akan datang. Nabi Muhammad tidak pernah dilukiskan dalam bentuk Fi’il madhi (past tense) kata kerja masa lalu. Ini artinya bahwa nabi muhamad masih aktif dan selalu aktif, semua kerja masih proses dan terasa sampai saat ini.

Bahkan Al-Qurtubi dalam tafsirnya memberikan penjelasan yang sangat menarik bahwa Nabi itu sejatinya tidak wafat, dalam tafsir tersebut dijelaskan rasulullah bersabda “barangsiapa yang menyebut namaku pasti aku tahu dan akan kuberikan syafaat kepadanya dan akan memberikan pembelaan dimana hari tidak ada pembeleaan selain aku di akhirat kelak”. Orang yang rajin sholawat suatu saat nanti akan didatangi Rasulullah. Dalam hadits bukhari menjelaskan bahwa Nabi pernah bersabda “siapa yang pernah menjumpai diriku maka saya akan bersama sama nanti di syurga”.

Sekarang mari perhatikan penggunaan kata kerja sekarang dan akan datang. Allah menggunakan Fi’il mudhori’ yg akan datang seperti ayat “Yathlu, Yuzakkikum wa yuallimukum al-kitaba wa al-hikmah. Yathlu artinya untuk memberikan tuntunan, Yuzakkikum artinya menyucikan kalian seperti pemuda tadi, Wa Yuallimukum bahkan Nabi Muhammad sampai sekarang masih bisa mengajar. Pola pengajarannya juga sangat unik dan mendalam, seperti kalimat
“و يعلمكم ما لم تكون تعلمون"

Allah tidak mengatakan
 “و يعلمكم ما لا تكون تعلمون”.
Ada perbedaan antara kedua kalimat ini. Terjemah bahasa indonesia sama tapi rasa bahasa arabnya sangat berbeda makna.

Kalau MA LA TAKUNU TA’LAMUN sifatnya unknow yang tidak diketahui, artinya sesuatu yang tidak bisa diketahui tapi setelah kita baca, tadabbur, tafakkur maka langsung kita tahu. Namun kalau kalimat MA LAM TAKUNU TA’LAMUN adalah unknowable, artinya walaupun berdarah darah belajar, jungkir balik belajar hasilnya pasti juga tidak tahu tidak akan pernah bisa tahu apapun usaha dan upaya seseorang dalam menuntut ilmu, kecuali Allah memberikan hidayah untuk tahu, itulah disebut sebagai ilmu laduni. Pola mengajar Nabi dengan kalimat ini melalui perantara Nabi kita mampu mengetahui berkah dari pengajaran sesuatu apa yang disebut “ma lam takunu talamun” unknowable, bukan hanya ma la takunu ta’lamun unknow.

Jadi alangkah miskinnya pelajar baik itu santri ataupun mahasiswa kalau hanya belajar kepada orang hidup saja. Sebab guru itu ada dua macam, ada guru personal teacher, ada guru interpersonal teacher. Guru dalam bentuk orang, ada guru dalam bentuk non orang. Nabi musa yang dikenal senagai nabi revolusioner yang mampu menumbangkan trias berhala, tiga konspirasi besar pada masanya, kapitalisme ala Qorun, intelektualis yang menjilat oleh Haman dan Pemerintah abuse of power Fir’aun. Ketiga kekuatan ini dihantam habis oleh Nabi Musa, dari kehebatannya ternyata Nabi Musa belajar dari pohon. Dijelaskan Al-Qur’an dalam Surah Al-Qhosos ayat 30 bahwa Nabi Musa pernah diajari oleh ranting pohon. Gurunya Nabi Musa itu adalah pohon.

"Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam".

Sykeh Thaba’thaba’I menjelaskan dalam tafsir mizan bahwa suara yang keluar dari pohon itu adalah kalam allah yang mengajari tentang kearifan. Kalam allah memang mempunyai cirri diperdengarkan kepada hamba-Nya khusus dibalik hijab (min wara’ hijab). Dijelaskan dalam al-qur’an tidak ada seorang manusia pun yang mampu berkomunikasi langsung dengan allah, mesti melalui wahyu dan hijab.

Hal serupa juga terjadi kepada Nabi Sulaiman yang belajar kepada burung hud-hud dalam Al-Qur’an surah An-Naml ayat 22-23

22.  Maka tidak lama Kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku Telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

23.  Sesungguhnya Aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

Bukan hanya Nabi yang mempunyai guru Non orang. Para Wali-wali Allah pun juga demikian, berguru kepada alam. Ada beberapa Wali yang disebutkan oleh Prof. DR. Nasaruddin Umar dan insya Allah akan saya tuliskan pada bagian ketiga tulisan ini.

Wallahu A'lam ...🙏🙏🙏

Jakarta, 16 Januari 2019

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA