Membunuh Tuhan Ala Friedrich Nietzsche
(Ubermanch Idea Friedrich Nietzsche)
Oleh: Farham Rahmat
Santri Millenial
Izinkan saya berbiacara tentang Nietzsche. Dikenal sebagai pilsuf yang paling nakal, pilsuf yang dikenal sangat keras mengrikitik nilai moral dan agama. Namun pada zamannya agama Kristen membuming sehingga tidak ada celah untuk mengkritiknya. Salah satu ide nakal Nietzsche adalah Ubermanch (manusia super). Teori ini adalah kesimpulan dari pergulatan perjalanan panjang dari pemikiran Nietzsche. Dia mengawali dengan teori Horizon Moral dalam buku the Use And Abuse Of History. Dikatakan bahwa setiap manusia memiliki horizon moral. Kita hanya menemukan kebaikan dan keburukan itu, bukan menciptakannya. Alasannya sederhana, karena kebaikan dan keburukan berasal dari nilai nilai universal yang transenden dari Tuhan. Dan Nietzsche sangat tidak sepakat dengan argument ini.
Alasannya bahwa orang besar bukan malah menemukan kebaikan tetapi dia menciptakan kebaikan sendiri. Jadi untuk menjadi manusia besar pertama anda harus tidak terikat dengan nilai nilai moral yang ada. Untuk menjadi manusia besar anda harus ikut permainan aturan secara natural, seperti manusia yang lemah pasti kalah dan manusia yang kuat pasti menang begitulah hukum alam (Survival Of The Species). Namun diantara manusia manusia besar yang mencapai kemenangan ini, seringkali melakukan over perayaan sehingga tampak menindas orang orang lemah. Jika anda tidak ingin tertindas, sederhana anda harus menjadi manusia besar.
Manusia besar juga tidak pernah Tawadhu dan lemah lembut seperti dogma agama Kristen “Ketika Ditampar Pipi Kanan Maka Berikanlah Pipi Kiri Mu” harus terjadi perlawanan dari aksi yang dilakukan kepada kita, bukan malah membiarkan bahkan memberi peluang kepada mereka untuk lebih jahat lagi. Perlawanan meniscayakan melahirkan peradaban, seperti peperangan, jika tidak ada perlawanan maka tidak akan ada penaklukkan dan tidak ada peradaban baru. Jika kita menggunakan moralitas sebagai bentuk kelemahan dalam peperangan maka kemajuan akan terkungkung dan statis. Moralitas bukanlah sesuatau yang absolute, bisa dibuat oleh manusia. Jika membiarkan itu terjadi maka hasrat dan insting untuk berkembang bahkan menjadi pemimpin besar tidak akan tercapai atau terbelenggu dalam nilai kaku moralitas.
Moralitas yang kita fahami tidak lain lahir dari sebuah perspektif. Semua horizon itu adalah perspektif manusia, bukan nilai absolut dari tuhan. Apapun dalam kehidupan ini semua tidak mempunyai makna sebelum manusia memberi makna. Pemberian makna didasarkan pada perspektif. Jadi, kita semua memiliki perspektif dan pasti terbatas. Banyak hal hal yang tidak bisa kita ketahui diluar dari perspektif orang lain. Dengan demikian keterbatasan itulah membentuk kebenaran dan kebaikan menurut masing masing perspektif.
Sementara manusia dengan keterbatasan tersebut layak mendapatkan genealogi moral. Genealogi adalah upaya untuk menyingkap kedok palsu, nafsu kebutuhan, ketakutan dan harapan terungkap mengenai dunia termasuk moralitas. Genealogi harusnya menjadi alat untuk mendeteksi sifat moralitas dalam kehidupan kita. Hanya ada dua moralitas menurut Nietzsche, moralitas tuan dan moralitas budak dijelaskan dalam buku (Beyond Good And Evill). Agama datang untuk merendahkan potensi manusia, agama membawa moralitas tuan turun menjadi moralitas budak. Agama memberikan was was dan keprihatinan atas dasar spiritual aneh. Memperkuat nilai moral agama untuk menekan kratifitas manusia.
Ajaran seperti mengasihi orang lain, memberi makan orang kelaparan, membantu orang dalam bencana, bersedekah, berinfak, dan semua aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan kepada manusia adalah perbuatan jahat dan akan masuk neraka menurut Nietzsche. Kenapa ? karena melayani orang lain adalah membunuh mereka dan membunuh diri sendiri. Membunuh diri sendiri adalah membunuh semua potensi dan kreatifitas dalam diri, jika demikian jangan ada harapan anda akan menjadi orang besar. Nilai nilai belas kasih telah memenjarakan daya juangmu, norma aturan agama telah mengikat kemerdekaanmu dalam berkarya. Itulah moralitas budak yang hanya ada dalam ajaran agama.
Selain itu, agama juga sangat berbahaya dalam hal konstruksi social. Agama datang memberikan bius yang meninabobokan, tidak heran pemeluk pemeluk agama tidak ada spirit dalam berjuang. Ketika manusia dalam keadaan tertindas agama datang menenangkan hati tanpa perlawanan sedikit pun. Ketika agamawan menderita, maka dalihnya penisbatan selalu curhat kepada Tuhan. Doktrin agama mengatakan penderitaan di dunia adalah sementara. Lebih baik menderita di dunia satu hari namun bahagia di akhirat selamanya. Daripada bahagia di dunia satu hari namun sengsara di akhirat selamanya. Virus agama ini telah merasuk dan merusak kepribadian manusia.
Bahkan bukan hanya agama yang menjadi pelaku mematikan potensi manusia, pilsuf seperti Socrates, plato dan aristoteles menuai kritik atas sumbangsih pengetahuannya yang turut mematikan daya kreatifitas manusia besar. Ketiga pilsuf ini mengajarkan nilai moral yang mengikat kemerdekaan dalam berkreasi atas nama kekuatan metafisika. Sehingga demikian untuk peningkatan daya kreasi manusia, maka nilai moral ciptaan tuhan atau metafisik harus ditiadakan. Memunculkan kekuatan kehendak will to power jalan satu satunya adalah dengan cara membunuh Tuhan. Dengan matinya tuhan, manusia akan tersadar bahwa manusialah yang menciptakan Tuhan, bukan Tuhan yang menciptakan manusia. Kematian Tuhan adalah kebangkitan daya kehendak manusia menjadi super dan kuat. Itulah disebut dengan UBERMANCH.
Bagaimana cara membunuh tuhan ? cara membunuh tuhan adalah mengembangkan diri dan segala lini pengetahuan terutama sains. Akibat yang lahir pertama adalah kehidupan selanjutnya menderita Nihilism artinya hakikat kehidupan kemerdekaan mutlak tanpa tekanan. Karena nilai kita ciptakan sendiri akhirnya Terkadang nilai hilang arah, kemarin kesepian, hari ini ramai, besok lain lagi. Semua akan selalu begini seiring dengan putaran hidup terus mengalir. Namun yang dimaksud Nietzsche disini adalah nihilism aktif, yaitu nihilism yang tolak ukur moral tidak ada namun mempunyai tujuan besar, serta menciptakan nilai sendiri. Sementara nihilism pasif hanya menghilangkan nilai moral secara menyeluruh tanpa ada tujuan.
Selanjutnya setelah kematian tuhan, yang kedua muncul krisis manusia. Manusia yang berupa kawanan yang ramai. Diantara kawanan ini akan lahir manusia besar ubermanch. Manusia pada fase ini mengalami false horizon sebagian besar hilang orientasi. Sebagian orang membutuhkan ilusi untuk stabilitas, semua orang ingin menjadi hebat, konsekwesni manusia hebat adalah mengkampanyekan kepada khalayak “AYO TANDING” bertarung untuk menentukan siapa manusia super itu. Jika kalah maka tidak layak untuk memimpin, jika menang maka dialah pemimpinnya. Orang yang kalah ketika memimpin berarti telah menggunakan kelemahannya untuk memperdaya manusia lainnya, dan manusia yang menang akan rusak kepribadian karena dipimpin oleh manusia tidak layak. Lewat pertarungan menentukan siapa yang layak menang pasti memimpin, kalah pasti budak.
Mirip dengan system demokrasi politik kita di Indonesia. Bertarung pasangan calon presiden dengan dukungan koalisi beberapa partai untuk menetukan siapa yang layak menjadi manusia super, atau ubermanch pada pucak kursi kekuasaan. Hanya saja pertarungan seperti ini tidak sesuai dengan jalan pikiran Nietzsche. Pertarungan yang baik adalah dengan mengadu kreatifitas, kecerdasan, skil yang hebat. Kepemimpinan yang ideal serta nilai nilai ciptaan sendiri sebagai hidangan untuk masyarakat luas. Bukan bertarung membuat hoax demi kepentingan diri dan kelompoknya. Manusia yang bertarung seperti ini adalah the Last Man. Dan ini salah.
Lalu apa yang benar ? Nietzsche menegaskan kita butuh superman atau Ubermanch. Manusia yang mampu tangguh, terampil, bebas tidak terikat, berdaulat, ningrat, sedikit jumlahnya tidak sekawanan dan gerombolan. Manusia yang bebas namun bernilai moral, bukan moral agama tapi ciptaan nilai moral sendiri. Namun siapa itu superman ? Nietzsche membayangkan dia dalah seniman, pilsuf dan orang suci. Seperti gabungan antara Napoleon dan Goethe.
Meskipun pemeikiran Nietzsche sedikit nakal, kita bisa mengambil pelajaran berharga didalamnya. Dia mengajarkan bagaimana kita harus mnggugat moralitas budak, dan bangkit menjadi moralitas tuan. Mengajarkan kita untuk menikmati kehidupan dan segala fasilitas yang ada. Kebebasan membangkitkan daya kreasi untuk menjadi manusia besar. Hidup ini penuh dengan perjuangan, manusia bukan dia yang terjebak pada sirkulasi aktivitas yang tidak bermakna. Makan, tidur, nongkrong, minum kopi, setalah itu tidur lagi makan lagi. Nietzsche menggaungkan hidup bermakna melakukan terobosan baru. Mengikuti will power dalam diri. Dan satu lagi, jangan selalu mengikuti kebanyakan kawanan orang. Buatlah mereka tunduk dengan gebrakan mu sendiri. Dan jadilah Ubermanch manusia super.
Santri Millenial
Izinkan saya berbiacara tentang Nietzsche. Dikenal sebagai pilsuf yang paling nakal, pilsuf yang dikenal sangat keras mengrikitik nilai moral dan agama. Namun pada zamannya agama Kristen membuming sehingga tidak ada celah untuk mengkritiknya. Salah satu ide nakal Nietzsche adalah Ubermanch (manusia super). Teori ini adalah kesimpulan dari pergulatan perjalanan panjang dari pemikiran Nietzsche. Dia mengawali dengan teori Horizon Moral dalam buku the Use And Abuse Of History. Dikatakan bahwa setiap manusia memiliki horizon moral. Kita hanya menemukan kebaikan dan keburukan itu, bukan menciptakannya. Alasannya sederhana, karena kebaikan dan keburukan berasal dari nilai nilai universal yang transenden dari Tuhan. Dan Nietzsche sangat tidak sepakat dengan argument ini.
Alasannya bahwa orang besar bukan malah menemukan kebaikan tetapi dia menciptakan kebaikan sendiri. Jadi untuk menjadi manusia besar pertama anda harus tidak terikat dengan nilai nilai moral yang ada. Untuk menjadi manusia besar anda harus ikut permainan aturan secara natural, seperti manusia yang lemah pasti kalah dan manusia yang kuat pasti menang begitulah hukum alam (Survival Of The Species). Namun diantara manusia manusia besar yang mencapai kemenangan ini, seringkali melakukan over perayaan sehingga tampak menindas orang orang lemah. Jika anda tidak ingin tertindas, sederhana anda harus menjadi manusia besar.
Manusia besar juga tidak pernah Tawadhu dan lemah lembut seperti dogma agama Kristen “Ketika Ditampar Pipi Kanan Maka Berikanlah Pipi Kiri Mu” harus terjadi perlawanan dari aksi yang dilakukan kepada kita, bukan malah membiarkan bahkan memberi peluang kepada mereka untuk lebih jahat lagi. Perlawanan meniscayakan melahirkan peradaban, seperti peperangan, jika tidak ada perlawanan maka tidak akan ada penaklukkan dan tidak ada peradaban baru. Jika kita menggunakan moralitas sebagai bentuk kelemahan dalam peperangan maka kemajuan akan terkungkung dan statis. Moralitas bukanlah sesuatau yang absolute, bisa dibuat oleh manusia. Jika membiarkan itu terjadi maka hasrat dan insting untuk berkembang bahkan menjadi pemimpin besar tidak akan tercapai atau terbelenggu dalam nilai kaku moralitas.
Moralitas yang kita fahami tidak lain lahir dari sebuah perspektif. Semua horizon itu adalah perspektif manusia, bukan nilai absolut dari tuhan. Apapun dalam kehidupan ini semua tidak mempunyai makna sebelum manusia memberi makna. Pemberian makna didasarkan pada perspektif. Jadi, kita semua memiliki perspektif dan pasti terbatas. Banyak hal hal yang tidak bisa kita ketahui diluar dari perspektif orang lain. Dengan demikian keterbatasan itulah membentuk kebenaran dan kebaikan menurut masing masing perspektif.
Sementara manusia dengan keterbatasan tersebut layak mendapatkan genealogi moral. Genealogi adalah upaya untuk menyingkap kedok palsu, nafsu kebutuhan, ketakutan dan harapan terungkap mengenai dunia termasuk moralitas. Genealogi harusnya menjadi alat untuk mendeteksi sifat moralitas dalam kehidupan kita. Hanya ada dua moralitas menurut Nietzsche, moralitas tuan dan moralitas budak dijelaskan dalam buku (Beyond Good And Evill). Agama datang untuk merendahkan potensi manusia, agama membawa moralitas tuan turun menjadi moralitas budak. Agama memberikan was was dan keprihatinan atas dasar spiritual aneh. Memperkuat nilai moral agama untuk menekan kratifitas manusia.
Ajaran seperti mengasihi orang lain, memberi makan orang kelaparan, membantu orang dalam bencana, bersedekah, berinfak, dan semua aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan kepada manusia adalah perbuatan jahat dan akan masuk neraka menurut Nietzsche. Kenapa ? karena melayani orang lain adalah membunuh mereka dan membunuh diri sendiri. Membunuh diri sendiri adalah membunuh semua potensi dan kreatifitas dalam diri, jika demikian jangan ada harapan anda akan menjadi orang besar. Nilai nilai belas kasih telah memenjarakan daya juangmu, norma aturan agama telah mengikat kemerdekaanmu dalam berkarya. Itulah moralitas budak yang hanya ada dalam ajaran agama.
Selain itu, agama juga sangat berbahaya dalam hal konstruksi social. Agama datang memberikan bius yang meninabobokan, tidak heran pemeluk pemeluk agama tidak ada spirit dalam berjuang. Ketika manusia dalam keadaan tertindas agama datang menenangkan hati tanpa perlawanan sedikit pun. Ketika agamawan menderita, maka dalihnya penisbatan selalu curhat kepada Tuhan. Doktrin agama mengatakan penderitaan di dunia adalah sementara. Lebih baik menderita di dunia satu hari namun bahagia di akhirat selamanya. Daripada bahagia di dunia satu hari namun sengsara di akhirat selamanya. Virus agama ini telah merasuk dan merusak kepribadian manusia.
Bahkan bukan hanya agama yang menjadi pelaku mematikan potensi manusia, pilsuf seperti Socrates, plato dan aristoteles menuai kritik atas sumbangsih pengetahuannya yang turut mematikan daya kreatifitas manusia besar. Ketiga pilsuf ini mengajarkan nilai moral yang mengikat kemerdekaan dalam berkreasi atas nama kekuatan metafisika. Sehingga demikian untuk peningkatan daya kreasi manusia, maka nilai moral ciptaan tuhan atau metafisik harus ditiadakan. Memunculkan kekuatan kehendak will to power jalan satu satunya adalah dengan cara membunuh Tuhan. Dengan matinya tuhan, manusia akan tersadar bahwa manusialah yang menciptakan Tuhan, bukan Tuhan yang menciptakan manusia. Kematian Tuhan adalah kebangkitan daya kehendak manusia menjadi super dan kuat. Itulah disebut dengan UBERMANCH.
Bagaimana cara membunuh tuhan ? cara membunuh tuhan adalah mengembangkan diri dan segala lini pengetahuan terutama sains. Akibat yang lahir pertama adalah kehidupan selanjutnya menderita Nihilism artinya hakikat kehidupan kemerdekaan mutlak tanpa tekanan. Karena nilai kita ciptakan sendiri akhirnya Terkadang nilai hilang arah, kemarin kesepian, hari ini ramai, besok lain lagi. Semua akan selalu begini seiring dengan putaran hidup terus mengalir. Namun yang dimaksud Nietzsche disini adalah nihilism aktif, yaitu nihilism yang tolak ukur moral tidak ada namun mempunyai tujuan besar, serta menciptakan nilai sendiri. Sementara nihilism pasif hanya menghilangkan nilai moral secara menyeluruh tanpa ada tujuan.
Selanjutnya setelah kematian tuhan, yang kedua muncul krisis manusia. Manusia yang berupa kawanan yang ramai. Diantara kawanan ini akan lahir manusia besar ubermanch. Manusia pada fase ini mengalami false horizon sebagian besar hilang orientasi. Sebagian orang membutuhkan ilusi untuk stabilitas, semua orang ingin menjadi hebat, konsekwesni manusia hebat adalah mengkampanyekan kepada khalayak “AYO TANDING” bertarung untuk menentukan siapa manusia super itu. Jika kalah maka tidak layak untuk memimpin, jika menang maka dialah pemimpinnya. Orang yang kalah ketika memimpin berarti telah menggunakan kelemahannya untuk memperdaya manusia lainnya, dan manusia yang menang akan rusak kepribadian karena dipimpin oleh manusia tidak layak. Lewat pertarungan menentukan siapa yang layak menang pasti memimpin, kalah pasti budak.
Mirip dengan system demokrasi politik kita di Indonesia. Bertarung pasangan calon presiden dengan dukungan koalisi beberapa partai untuk menetukan siapa yang layak menjadi manusia super, atau ubermanch pada pucak kursi kekuasaan. Hanya saja pertarungan seperti ini tidak sesuai dengan jalan pikiran Nietzsche. Pertarungan yang baik adalah dengan mengadu kreatifitas, kecerdasan, skil yang hebat. Kepemimpinan yang ideal serta nilai nilai ciptaan sendiri sebagai hidangan untuk masyarakat luas. Bukan bertarung membuat hoax demi kepentingan diri dan kelompoknya. Manusia yang bertarung seperti ini adalah the Last Man. Dan ini salah.
Lalu apa yang benar ? Nietzsche menegaskan kita butuh superman atau Ubermanch. Manusia yang mampu tangguh, terampil, bebas tidak terikat, berdaulat, ningrat, sedikit jumlahnya tidak sekawanan dan gerombolan. Manusia yang bebas namun bernilai moral, bukan moral agama tapi ciptaan nilai moral sendiri. Namun siapa itu superman ? Nietzsche membayangkan dia dalah seniman, pilsuf dan orang suci. Seperti gabungan antara Napoleon dan Goethe.
Meskipun pemeikiran Nietzsche sedikit nakal, kita bisa mengambil pelajaran berharga didalamnya. Dia mengajarkan bagaimana kita harus mnggugat moralitas budak, dan bangkit menjadi moralitas tuan. Mengajarkan kita untuk menikmati kehidupan dan segala fasilitas yang ada. Kebebasan membangkitkan daya kreasi untuk menjadi manusia besar. Hidup ini penuh dengan perjuangan, manusia bukan dia yang terjebak pada sirkulasi aktivitas yang tidak bermakna. Makan, tidur, nongkrong, minum kopi, setalah itu tidur lagi makan lagi. Nietzsche menggaungkan hidup bermakna melakukan terobosan baru. Mengikuti will power dalam diri. Dan satu lagi, jangan selalu mengikuti kebanyakan kawanan orang. Buatlah mereka tunduk dengan gebrakan mu sendiri. Dan jadilah Ubermanch manusia super.
Comments
Post a Comment