PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA
TAPAK TILAS RANGGAWARSITA
Oleh: Farham Rahmat
Santri Milenial
Ranggawarsita adalah pujangga yang masyhur nusantara, bisa disejajarkan dengan kahlil jibran, goethe, hazrat inayat khan, victor hugo atau william sheakspeare. Dikenal sebagai khatamul pujangga (penutup para pujangga). Nama lengkapnya Raden Ngabei Ranggawarsito, ayahnya seorang pejuang bersama dengan pangeran diponegoro. Ranggawarsita pernah menjalani system pendidikan berbasis pondok pesantren di ponorogo namun dia kabur ke madiun, karena tidak sepakat dengan system pendidikan pondok. Dia selalu bersemedi diatas bambu dan berpuasa 40 hari hanya makan pisang kecil satu jenis.
Dia berguru pada kakeknya Yasadipura tentang Sastra, belajar kepada Pakubuwono ilmu kanuragan dan kesaktian, belajar kepada Tanuwijaya tentang nalar dan budaya orang orang kecil, belajar kepada Imam Besari tentang islam syariat dan akhlak, terakhir belajar pada Pangeran Harya Buminata ilmu harga diri dan kepercayaan diri. Dari beberapa guru ini, Ranggawarsita mencipta 60 karya yang mempunyai ciri cirri _Purwakanti_ (bersajak), _Sandiasma_ (syair sandi nama), _Candra Sangkala_ (sandi membuat tanggal), _Gancaran Jarwo_ (keindahan lagu).
Namun dari 60 karya tersebut, saya hanya menuliskan dan berbicara tentang beberapa teori dan SERAT WIRID HIDAYAT JATI, didalamnya terdapat SERAT PAMORING KAWULO GUSTI yang memiliki tahap tahap dalam pertapaan. _Tapa jasmani_ (seperti berpuasa), _Tapa Budi_ (mengendalikan akhlak), _Tapa Hawa Nafsu_ (mengendalikan hawa nafsu), _Tapa Rasa Sejati_ (membawa Allah kemana mana), _Tapa Sukma_ (pembersihan jiwa namun harmoni dengan kehidupan nyata), _Tapa Cahya_ (membaca cahaya dibalik semua fenomena) dan terakhir _Tapa Urip_ (tapa yang paling tinggi, hakikat dan tenggelam dalam Allah).
Keadaan seseorang dalam pertapaan ini diceritakan dalam empat tahap tasawuf dalam islam, syariat, tarikat, hakikat dan makrifat. Ranggawarsito sangat menentang orang yang meninggalkan syariat setelah sampai pada tahap tarikat, hakikat dan makrifat. Dijelaskan dalam teori dikenal dengan nama SULUK SUKMA LELANA yang mengatakan (translate dari bahasa jawa) “ _Apa Kalau Sudah Hakikat, Syariat Ditinggalkan, Menurutku Tidak Ada Yang Ditinggalkan, Disebut Dalam Hadis Hak Tanpa Syariat Batal Dan Syariat Tanpa Hak Tidak Jadi_ ” Ranggawarsita melanjutkan dengan diumpamakan seperti syariat adalah lautan, thoriqat adalah kapal, hakikat adalah tujuannya dan makrifat adalah pelabuhan yang dituju.
Setelah itu, Ranggawarsita juga berbicara masalah Negara dalam teorinya bernama SERAT KALATIDHA mengatakan (translate dari bahasa jawa) “ _Rajanya raja utama, patihnya juga berkualitas semua anak buahnya baik, namun segalanya itu tidak menjadi penawar kalabendu (penderitaan) kerepotan makin menjadi lain orang lain perilaku angkaranya. Mengalami zaman edan serba repot, ikut edan tidak sanggup, tidak ikut tidak mendapat apapun, bahkan bias kelaparan namun menjadi kehendak Allah. Betapapun untungnya dan bagaimanapun beuntung orang yang lupa, lebih beruntung orng yang senantiasa ingat dan waspada. Jalani saja sekedarnya, sekedar menghibur hati, tidak menimbulkan prsoalan, sebab riwayat mengatakan: ikhtiar itu wajib namun juga harus memilih jalan yang baik, berupaya awas dan waspada agar dapat berkat dari Allah”_
Ranggawarsita ingin menyampaikan pesan kepada kita bahwa hakikatnya pemimpin, wakil dan para apartaur Negara adalah orang pintar, namun kepintaran itu jugalah yang akan menimbulkan masalah. Ilmu yang tidak terkendali melahirkan zaman edan. zaman hari ini penuh dengan tipuan edan. Hati terkadang berat memilih kebaikan dan keburukan padahal jelas didepan mata. Keburukan sudah membentuk system yang kuat sehingga orang yang masuk dalam system tersebut, bagaimanapun basic keimanannya pasti juga akan berwarna hitam. Contoh sederhana dalam kehidupan kita nyata pada ranah politik. System hukum sangat dipengaruhi oleh politik sehingga pembuatan undang undang bukan murni memihak pada rakyat melainkan juga memprioritaskan kelompok dan pribadi.
Menentang system ini maka tidak akan mendapat jatah bagi bagi, jika demikian bersiaplah untuk menderita, Ranggawarsita menyebutnya “tidak ikut tidak mendapat apapun, bahkan bias kelaparan” jika semua korupsi dan membagi bagi jatah, maka yang tidak ikut korupsi akan disingkirkan, diasingkan bahkan bisa dipenjarakan. Jadi bagaimana ? Ranggawarsita berpesan jalani saja system itu, namun hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup tidak lebih. Karena usaha untuk hidup adalah wajib, tapi dalam usaha itu tetap ada hati yang murni untuk memilih jalan yang baik, semata mata untuk mengharap berkat dari Allah. Berkat dari allah ini akan menjadi bukti kebaikan dan kebersihan kita meskipun dalam rangkulan system yang kotor.
Sebagai jalan keluar dari permasalahan ini Ranggawarsita kembali bergumam dalam SERAT SABDJATI (translate dari bahasa jawa) bahwa “ _Bijaksana sangat gelisah dalam bathin, jika tidka meniru hidupnya akan menderita, kalau meniru hidupnya akan hina. Selesainya besok muncul WIKU (sufi orang suci) memuji ngesti samiji bersabuk debu seperti orang gila, hilir mudik menunjuk sana sini dan menghitung banyak orang_ ” sabda ini hendak berpesan bahwa dalam kehidupan yang penuh kegelisahan materialis ini akan muncul manusia yang tidak terikat dengan materi duniawi. Selalu memuji keagungan Allah dan sudah terlepas dari ikatan duniawi yang kotor. Dia bersabuk debu seperti orang gila, karena penampakannya biasa biasa saja bahkan terkadang keluar dari kenormalan manusia biasa bahkan terlihat seperti orang gila.
Menunjuk sana sini artinya orang ini sudah layak untuk memimpin, memberikan instruksi dan perintah serta larangan dalam pemerintahannya, sebab semua jabatan dan pemerintahan adalah tidak bernilai baginya semua itu hanya titipan dari Allah. Tidak akan ada ketimpangan social yang terjadi, tidak terbujuk dengan tawaran dunia yang menggiurkkan, korupsi, menindas, menipu, membohongi, mengintimidasi, membunuh, sikut menyikut sudah tidak berpengaruh dalam kehidupan seorang Wiku. Sementara menghitung banyak orang itu adalah dengan kekuasaan yang bersih tercipta manusia manusia yang sejahtera, aman dan tentram. Aktivitas apapun yang ingin digelutinya hasilnya pasti baik dan maksimal tentunya berniali disisi Allah.
Mengapa demikian ? jawabannya ada dalam SERAT SABDATAMA (translate dari bahasa jawa) yang mengatakan “ _Lengkungan warna warni pelangi, berwarna kuning, merah, biru hanyalah pantulan air. Ajaran rasul bukanlah Allah yang sebenarnya_ ” tawaran dunia yang menggiurkan layaknya seperti pelangi yang berwarna warni, namun percayalah itu tidak asli sebab hanya pancaran dari kemurnian seperti air. Sejatinya adalah Allah bukan yang lain. Jika sudah sampai pada pemahaman seperti ini maka lahirlah tokoh yang disebut JAKA LODHANG. Manusia yang sudah clear dengan hidupnya. Manusia yang tidak mempunyai masalah lagi, semua adalah kesejatian dalam hidup. Jaka Lodhang akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya.
Wallahu a’lam bishawab….
Oleh: Farham Rahmat
Santri Milenial
Ranggawarsita adalah pujangga yang masyhur nusantara, bisa disejajarkan dengan kahlil jibran, goethe, hazrat inayat khan, victor hugo atau william sheakspeare. Dikenal sebagai khatamul pujangga (penutup para pujangga). Nama lengkapnya Raden Ngabei Ranggawarsito, ayahnya seorang pejuang bersama dengan pangeran diponegoro. Ranggawarsita pernah menjalani system pendidikan berbasis pondok pesantren di ponorogo namun dia kabur ke madiun, karena tidak sepakat dengan system pendidikan pondok. Dia selalu bersemedi diatas bambu dan berpuasa 40 hari hanya makan pisang kecil satu jenis.
Dia berguru pada kakeknya Yasadipura tentang Sastra, belajar kepada Pakubuwono ilmu kanuragan dan kesaktian, belajar kepada Tanuwijaya tentang nalar dan budaya orang orang kecil, belajar kepada Imam Besari tentang islam syariat dan akhlak, terakhir belajar pada Pangeran Harya Buminata ilmu harga diri dan kepercayaan diri. Dari beberapa guru ini, Ranggawarsita mencipta 60 karya yang mempunyai ciri cirri _Purwakanti_ (bersajak), _Sandiasma_ (syair sandi nama), _Candra Sangkala_ (sandi membuat tanggal), _Gancaran Jarwo_ (keindahan lagu).
Namun dari 60 karya tersebut, saya hanya menuliskan dan berbicara tentang beberapa teori dan SERAT WIRID HIDAYAT JATI, didalamnya terdapat SERAT PAMORING KAWULO GUSTI yang memiliki tahap tahap dalam pertapaan. _Tapa jasmani_ (seperti berpuasa), _Tapa Budi_ (mengendalikan akhlak), _Tapa Hawa Nafsu_ (mengendalikan hawa nafsu), _Tapa Rasa Sejati_ (membawa Allah kemana mana), _Tapa Sukma_ (pembersihan jiwa namun harmoni dengan kehidupan nyata), _Tapa Cahya_ (membaca cahaya dibalik semua fenomena) dan terakhir _Tapa Urip_ (tapa yang paling tinggi, hakikat dan tenggelam dalam Allah).
Keadaan seseorang dalam pertapaan ini diceritakan dalam empat tahap tasawuf dalam islam, syariat, tarikat, hakikat dan makrifat. Ranggawarsito sangat menentang orang yang meninggalkan syariat setelah sampai pada tahap tarikat, hakikat dan makrifat. Dijelaskan dalam teori dikenal dengan nama SULUK SUKMA LELANA yang mengatakan (translate dari bahasa jawa) “ _Apa Kalau Sudah Hakikat, Syariat Ditinggalkan, Menurutku Tidak Ada Yang Ditinggalkan, Disebut Dalam Hadis Hak Tanpa Syariat Batal Dan Syariat Tanpa Hak Tidak Jadi_ ” Ranggawarsita melanjutkan dengan diumpamakan seperti syariat adalah lautan, thoriqat adalah kapal, hakikat adalah tujuannya dan makrifat adalah pelabuhan yang dituju.
Setelah itu, Ranggawarsita juga berbicara masalah Negara dalam teorinya bernama SERAT KALATIDHA mengatakan (translate dari bahasa jawa) “ _Rajanya raja utama, patihnya juga berkualitas semua anak buahnya baik, namun segalanya itu tidak menjadi penawar kalabendu (penderitaan) kerepotan makin menjadi lain orang lain perilaku angkaranya. Mengalami zaman edan serba repot, ikut edan tidak sanggup, tidak ikut tidak mendapat apapun, bahkan bias kelaparan namun menjadi kehendak Allah. Betapapun untungnya dan bagaimanapun beuntung orang yang lupa, lebih beruntung orng yang senantiasa ingat dan waspada. Jalani saja sekedarnya, sekedar menghibur hati, tidak menimbulkan prsoalan, sebab riwayat mengatakan: ikhtiar itu wajib namun juga harus memilih jalan yang baik, berupaya awas dan waspada agar dapat berkat dari Allah”_
Ranggawarsita ingin menyampaikan pesan kepada kita bahwa hakikatnya pemimpin, wakil dan para apartaur Negara adalah orang pintar, namun kepintaran itu jugalah yang akan menimbulkan masalah. Ilmu yang tidak terkendali melahirkan zaman edan. zaman hari ini penuh dengan tipuan edan. Hati terkadang berat memilih kebaikan dan keburukan padahal jelas didepan mata. Keburukan sudah membentuk system yang kuat sehingga orang yang masuk dalam system tersebut, bagaimanapun basic keimanannya pasti juga akan berwarna hitam. Contoh sederhana dalam kehidupan kita nyata pada ranah politik. System hukum sangat dipengaruhi oleh politik sehingga pembuatan undang undang bukan murni memihak pada rakyat melainkan juga memprioritaskan kelompok dan pribadi.
Menentang system ini maka tidak akan mendapat jatah bagi bagi, jika demikian bersiaplah untuk menderita, Ranggawarsita menyebutnya “tidak ikut tidak mendapat apapun, bahkan bias kelaparan” jika semua korupsi dan membagi bagi jatah, maka yang tidak ikut korupsi akan disingkirkan, diasingkan bahkan bisa dipenjarakan. Jadi bagaimana ? Ranggawarsita berpesan jalani saja system itu, namun hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup tidak lebih. Karena usaha untuk hidup adalah wajib, tapi dalam usaha itu tetap ada hati yang murni untuk memilih jalan yang baik, semata mata untuk mengharap berkat dari Allah. Berkat dari allah ini akan menjadi bukti kebaikan dan kebersihan kita meskipun dalam rangkulan system yang kotor.
Sebagai jalan keluar dari permasalahan ini Ranggawarsita kembali bergumam dalam SERAT SABDJATI (translate dari bahasa jawa) bahwa “ _Bijaksana sangat gelisah dalam bathin, jika tidka meniru hidupnya akan menderita, kalau meniru hidupnya akan hina. Selesainya besok muncul WIKU (sufi orang suci) memuji ngesti samiji bersabuk debu seperti orang gila, hilir mudik menunjuk sana sini dan menghitung banyak orang_ ” sabda ini hendak berpesan bahwa dalam kehidupan yang penuh kegelisahan materialis ini akan muncul manusia yang tidak terikat dengan materi duniawi. Selalu memuji keagungan Allah dan sudah terlepas dari ikatan duniawi yang kotor. Dia bersabuk debu seperti orang gila, karena penampakannya biasa biasa saja bahkan terkadang keluar dari kenormalan manusia biasa bahkan terlihat seperti orang gila.
Menunjuk sana sini artinya orang ini sudah layak untuk memimpin, memberikan instruksi dan perintah serta larangan dalam pemerintahannya, sebab semua jabatan dan pemerintahan adalah tidak bernilai baginya semua itu hanya titipan dari Allah. Tidak akan ada ketimpangan social yang terjadi, tidak terbujuk dengan tawaran dunia yang menggiurkkan, korupsi, menindas, menipu, membohongi, mengintimidasi, membunuh, sikut menyikut sudah tidak berpengaruh dalam kehidupan seorang Wiku. Sementara menghitung banyak orang itu adalah dengan kekuasaan yang bersih tercipta manusia manusia yang sejahtera, aman dan tentram. Aktivitas apapun yang ingin digelutinya hasilnya pasti baik dan maksimal tentunya berniali disisi Allah.
Mengapa demikian ? jawabannya ada dalam SERAT SABDATAMA (translate dari bahasa jawa) yang mengatakan “ _Lengkungan warna warni pelangi, berwarna kuning, merah, biru hanyalah pantulan air. Ajaran rasul bukanlah Allah yang sebenarnya_ ” tawaran dunia yang menggiurkan layaknya seperti pelangi yang berwarna warni, namun percayalah itu tidak asli sebab hanya pancaran dari kemurnian seperti air. Sejatinya adalah Allah bukan yang lain. Jika sudah sampai pada pemahaman seperti ini maka lahirlah tokoh yang disebut JAKA LODHANG. Manusia yang sudah clear dengan hidupnya. Manusia yang tidak mempunyai masalah lagi, semua adalah kesejatian dalam hidup. Jaka Lodhang akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya.
Wallahu a’lam bishawab….
Comments
Post a Comment