SIRIQ DAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

SIRIQ DAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Oleh: Farham Rahmat

Santri Millenial

Ada dua pendekatan menurut Sigmund Freud, pertama tentang TERAPI SUGESTI, dan kedua tentang NARSISISME. Sugesti masih mempunyai dua kategori terapi, yaitu SUGESTI TERAPI HIPNOTIS dan SUGESTI TERAPI PSIKOANALISIS. Pertama kita mulai megkaji siriq dalam pandangan sugesti, Sugesti terapi hipnotis dan psikoanalisis.

Seorang dokter untuk memberikan kesembuhan pada pasiennya tidak hanya bergantung pada alat kedokteran dan obat obatan. Dokter juga harus memberikan sugesti kepada pasien agar mempunyai fikiran dan daya kuat untuk memperoleh kesembuhan. Dokter paham betul, bahwa sugesti melahirkan kekuatan dan juga kelemahan. Kepercayaan diri untuk sembuh itu datangnya juga dari sugesti, kekuatan menghadapi penyakit serta kesungguhan melawan sakit juga berasal dari sugesti.

Ketika dokter mempuyai pasien, biasanya diberikan penjelasan terlebih dahulu. Jika pasien tersebut kembali lagi untuk mengeluhkan penyakitnya artinya suntikan sugesti harus lebih ditingkatkan lagi. Menggunakan terapi hipnotis tidak memberikan beban banyak kepada pasien dan dokter. Seorang praktisi akan berkata: kesehatan anda baik baik saja, itu hanya sekedar kegelisahan semata. Sigmund freud membantah dengan membedakan antara hipnotis dan psikoanalisis melalui media ledakan.

Sugesti Terapi hipnotis berusaha menyembunyikan hal buruk pada fikiran pasien, sementara psikoanalisis berusaha membuka dan melenyapkan sesuatu dalam fikiran. Terapi Hipnotis berusaha untuk mempercantik, sementara Terapi Psikoanalisis bekerja untuk membedah masalah, masuk kedalam inti permasalahan yang ada .  Akhirnya dalam praktiknya, hipnotis hanya memberikan gambaran umum, sementara psikoanalisis memberikan daya juang kepada pasien untuk melawan penyakitnya. Teori ini mengandung arti bahwa pasien hendaknya membuka diri dan lebih berani untuk menerima sesuatu yang baru.

Sekarang apa hubungannya dengan Siriq ? sifat malu pada manusia hanya ada pada orang waras saja. Tidak ada malu pada orang gila atau paranoia, tidak ada sugesti untuk orang gila dan paranoia.  Mereka yang punya rasa malu adalah orang waras aslinya, meskipun dalam praktiknya siriq di mandar terkadang keluar dari kewajaran. Terlalu mengedepankan rasa malu sehingga menabrak tatanan sosial yang ada.

Setiap manusia pada saat lahir telah membawa sifat, dalam teori sigmund freud disebut teori kepribadian yang mengarahkan manusia berinteraksi dengan dunia luar, kerpibadian mempunyai beberapa struktur yaitu id, ego, dan super ego. Id adalah nafsu atau dorongan kenikmatan yang harus dipuaskan. Ego adalah kemampuan manusia untuk berfikir mencari solusi dari setiap permasalahannya. Terakhir super ego yaitu nilai norma yang ada dalam diri manusia, berfungsi untuk menuntun serta mengarahkan ke arah yang lebih baik. Letak siriq ada pada point ketiga yaitu superego.

Pada saat sifat manusiawi seperti siriq sudah ada pada manusia, itu masih wujud potensi adanya. Maka keluarga mempunyai peran penting untuk memberikan sugesti akhlak dalam tatanan masyarakat agar potensi malu atau siriq bisa diterapkan pada sosial tatanan masyarakat. Sugesti yang diberikan keluarga kepada anak untuk membentuk sifat siriq menjadi lebih kuat adalah melalui pendekatan sugesti terapi psikoanalisis. Sebab jika hanya hipnotis, siriq bisa tidak mengalami pembaharuan dalam masyarakat, namun hanya perisai diri tanpa merespon fenomena yang ada.

Terapi psikoanalisis memberikan sugesti untuk melakukan pembaharuan secara pemikiran, apapun yang dihadapi seorang pasien harus mampu mensugesti dirinya sendiri untuk mencipta keadaan normal melawan penyakit. Seorang anak juga dengan sugesti psikoanalisis dari keluarga melalui ajaran akhlak akan mengembalikan kepada dirinya dan menganalisis apakah ini patut untuk ditindak atau tidak berdasarkan nilai siriq. Sehingga, ketika asas kepribadian menyangkut harga diri diganggu, saat itulah amukan, perkelahian bahkan membunuh dengan menikam menggunakan sebilah keris bisa terjadi karena sugesti siriq. Dan begitulah masyarakat mandar mengobati penyakit gangguan harga diri mereka.

Yang kedua adalah Narsisisme. Ada kemiripan antara narsis dan egois. Siriq juga merupakan wujud dari narsis dan egois, sebab mempertahankan kepribadian dari jatuhnya harga diri adalah ego dan narsis itu sendiri. Keduanya memiliki hubungan erat dengan insting seksual yang sangat egoisitis demi merasakan fantasi, hanya saja pembahasan siriq juga tidak terlepas dari ego harga diri, bukan seksual. Sigmund freud berpendapat bahwa narsisisme hanyalah pelengkap dari egois. Berbicara tentang egoisme artinya kita berbicara tentang kepentingan orang yang bersangkutan. Namun egois selalu terikat dengan objek. Lalu egois akan melihat bahwa keinginannya terhadap objek tidak akan melukai egonya sendiri.

Narsis hanya berfokus pada cinta diri semata, tanpa ada objeknya. Tidak ada masalah seseorang yang cinta diri yang berlebihan dan itu tidak mempunyai hubungan dunia luar, seperti contoh yang dikemukakan sigmund freud bercermin dan terkesima dengan diri sendiri. Dalam kaitannya, siriq mempunyai objek yaitu harga diri dan sesuatu yang melukai harga diri. Efek ego sangat terasa, sebab ada objek untuk melampiaskan siriq dan ada gangguan dari luar yang hendak mencederai harga diri.

           POLMAN, 20 November 2018

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA