KEINDAHAN DAN KEAGUNGAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR'AN






By: Farham Rahmat

Santri millenial
Sebagai pengantar, bahwa ada dua sisi yang berkaitan dengan permpuan. Pertama, tidak diberikan peran dalam dunia sosial. Kedua, terkungkung dalam lingkaran rumah tangga saja. Jika point pertama terjadi, artinya kita telah meemenjarakan hampir setengah manusia. karena data perempuan mencapai 50% di dunia.
Bisa dibayangkan, satu orang perempuan saja mengahsilkan karya besar, satu orang perempuan bisa menemukan temuan, dan itu bisa bermanfaat banyak kepada manusia. Bagaimana jika perempuan dipenjara dirumah saja, maka bisa dipastikan ribuan karya akan hilang. Contoh sederhana, temuan tentang listrik, bermanfaat bagi semua rorang.
Jadi, jika satu manusia, katakanlah dia yang menemukan listrik itu di penjara. Maka kehidupan kita akan gelap. Sementara, jika kita menggunakan diagram data, potensi laki laki berada dibawah perempuan. Kenapa ? banyak yang dilakukan perempuan yang tidak bisa dilakukan oleh laki laki, salah satunya mengalami biologis kehamilan.
Jika perempuan tidak mendapat posisi strategis dan penting dalam masyarakat, maka akan berdampak buruk pada keluarga dan pendidikan anak, khususnya generasi millennial hari ini. Anak yang dibesarkan dalam asuhan perempuan sholehah, hasilnya juga akan baik. Contoh Asiyah binti mazahim mendidik langsung Nabi musa di istana Fir’aun, tapi mengapa bukan watak Fir’aun yang menggerogoti kepribadian Nabi musa ?. Jawabannya sederhana, karena dalam istana Fir’aun ada perempuan, yang lebih kuat pengaruhnya nan sholehah yaitu Asiyah.
Asiyah tidak mempunyai keterikatan dengan kerlap-kerlip istana, melainkan, ia terconnect dengan Ilahi, terbukti dalam do’anya alquran At-Tahrim:11, menyebutkan
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
11. “dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim”.
Meskipun berada dalam gemerlapnya itana megah nan glamor, asiyah tetap melihat ketidak adaan keberadaan kecuali Rahmat Tuhan. Wa najjini, selamatkanalah aku dari perbuatan fir’aun dan laku perbuatannya. Al-qur’an pertama menyebutkan dzat sebelum perilaku, karena eksistensi kedzholiman sudah menjadi potensi dalam diri Fir’aun. Setelah itu, perwujudan kezholiman.
Nampak pada pola laku keseharian fir’aun. Fenomena hari ini, justru berbanding terbalik, banyak istri yang membela mati-matian suaminya, meskipun perbuatan dan akidahnya salah. Jika, fir’aun adalah perwujudan dari teologi yang salah, maka seluruh perbuatannya juga salah. Sebab, amali itu turunan dari teologi.
Kemudian, bercermin dari Nabi Nuh, ceritra yang terbalik dari nabi musa. Tokoh perempuan malah menjadi antagonis, menjadi istri yang berkhianat, anaknya Kan’an juga tersesat. Ketika realitas berbicara, Nuh berkata kepada anaknya, diabadikan dalam Al-Qur’an Al-Hud:42
يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ
“Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama Kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”
Sangat disayangkan, anaknya membantah perintah sang ayah, dia pun berkata, “tidak ayah, saya akan selamat”, kan’an dalam keadaan genting dan penting, masih bisa menolak, membantah perintah ayahnya Nabi Nuh. Kenapa demikian keras kepala ?, jawabannya sederhana, karena Kan’an dididik oleh perempuan (Ibunya).
Nabi musa berkarakter leadership sampai pada tampuk kenabian, berkat didikan seorang perempuan. Kan’an malah terjerumus dalam lembah asfala safilin, kehinaan, itu juga hadil didikan seorang perempuan. Perhatikan saksama, hanya terlihat pada fenomena naik bahtera Nuh atau tidak, itu sudah menentukan keimanan dan kekufuran seseorang.
Sudah jelas, jika perempuan dikurung dalam rumah, maka dia akan melahirkan kekosongan sosial. Namun jika dibiarkan begitu leluasa dalam berkarir, juga akan mengalami kegagapan edukasi pada keluarganya. Seluruh tindak tanduk perempuan juga tidak terlepas dari sistem hukum internasional. Hari ini, masih kita dapati praktik the law of jungle, hukum barbar. Dengan segala macam teknologi malah mengeluarkan praktik politik hutan rimba.
Amerika serikat keluar dari perjanjian multilateral seenaknya saja, dan tidak mengakui seorang presiden negara lain, masih membela kerajaan Saudi. Mereka sudah terang terangan menampakkan kendalinya diatas sistem barbar. Amerika memang dulunya menganut hukum barbar, sekarang juga begtu, meskipun dalam pola yang berbeda. Syiria, diissuekan bahwa musuh dari amerika, kemudian Hizbullah di klaim sebagai teroris. Setelah itu, irak juga diperalat melawan revolusi iran, malah sekarang bermusuhan dengan Iraq lagi. Memang hari ini kita disuguhkan, the law of jungle telah diperlihatkan secara terang-terangan.
Sampai saat ini, sistem hukum itu menjadikan perempuan sebagai alat transaski sosial politik dan bisnis. Masa jahiliyah era Nabi, perempuan juga dijadikan alat transaksi politik. Itu sebabnya mengapa surah Al-Ahzab:33 menjelaskan karakter perempuan terlebih dahulu sebelum berbicara kesucian keluarga Nabi.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
33. “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Sebelum bicara keluarga Nabi, Allah mendahulukan perilaku perempuan. Menggunakan diksi “Buyutikunna” bukan “Buyutikum” artinya muhkhatab (yang diajak bicara) untuk perempuan secara khusus, tidak ada campuran laki laki. Lalu bagaimana menghadapi dua tantangan gaping peran dirumah dan tanggung jawab di luar rumah (sosial masyarakat) ?. Al-qur’an mengakui bahwa perempuan dan laki laki adaah setara dalam penciptaan, serta diciptakan dari unsur yang satu, kemudian dari unsur yang satu itu, Allah menetapkan tolak ukur kemuliaan manusia, yaitu ketaqwaan. Simak Surah An-Nisa:1
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.
Begitupun dengan kehidupan sufi besar Ibnu Araby, seorang sufi karakter gnostic yang tinggi, anda tidak akan menyangka, bahwa ia adalah hasil asuhan intelektual dari seorang perempuan, asupan inteletual itu dari Fathimah Al-Qurtubi. Ibnu araby belajar disana sementara fathimah Berasal dari eropa saat itu. Konon, Ibnu Rusyd seorang pilsuf yang sangat masyhur bertandang ke kediaman Fathimah Al-Qurtuby, ketika ke rumah fathimah, sosok pilsuf terkenal dengan keluasan ilmunya pun terkagum-kagum melihat peninggalan dan aura intelektual kecerdasan kediaman fathimah.
Ceritra Nabi Musa adalah kisah paling panjang dalam Al-Qur’an, karena ada musa menerima kitab, juga termasuk Nabi ulul azmi, lebih kerennya bisa meruntuhkan kerajaan saat itu. Kekuasaan politik memuncak, semua lini kehidupan berujung sampai kesana. Trias berhala kokoh tak terbendung, berhala pemerintahan ala Fir’aun, berhala intelektualism ala Haman dan berhala corporate ala Qorun juga pada era Nabi musa.
Menurut riwayat, apakah itu hadis dari sunni (Kutubu As-sittah) atau syiah (Kutubu Al-Arba’ah). Nabi mengutip dirinya sebagai musa, dan Ali adalah harun disisi Musa. Mengapa demikian ?, karena harus berinteraksi dengan kerajaan saat itu, dibutuhkan partner gerakan untuk menciptakan arah progersif. Jadi harus, mengorganisize dengan baik, agar tidak terjadi konsolidasi kekuasaan, konspirasi busuk.
Bentuk kerajaan fir’aun hari ini Nampak pada PBB. Maka saat itulah sampai pada tingkat kerajaan. PBB Memegang kendali seluruh negara di belahan dunia. Celakanya, tidak ada satupun jiwa yang terlepas dari negara. Artinya tidak ada satupun jiwa yang tidak di bawah kendali PBB. Sementara, kerajaan kecil itu hanya Dikuasai segelintir negara, yaitu negara Amerika serikat, inggris, prancis, Russia dan china. Dan kelima negara inilah yang menentukan semua negara yang ada di dunia ini. Itulah mengapa israil tidak pernah tersentuh dalam kezholimannya, karena ada konsprasi busuk didalam.
Meskpun demikian, janji Allah pasti terwujud, memberangus kezholiman yang terorganisir dan memenangkan kaum yang dilemahkan. Jadi hubungan membincang fathimah, adalah beliau adalah pemimpin para kaum tertindas ini. Maka mari kita bicara tentang keluarga Nabi dalam menggerakkan kaum mustad’afin. Ini juga akan berhubungan dengan keluarga Nabi Musa. Dalam surah Al-Qhasash ayat: 5
وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى ٱلَّذِينَ ٱسْتُضْعِفُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ 
وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَنُرِىَ فِرْعَوْنَ وَهَٰمَٰنَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَحْذَرُونَ
5. dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).
6. dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang se- lalu mereka khawatirkan dari mereka itu”.
Ayat itu mengunakan diksi “Wa nuridu”, artinya menginginkan. Kalau Tuhan yang berkeinginan, maka itu pasti akan terjadi, berbeda dengan kita, kalau berkehendak biasanya gagal, dengan segala sebab penghalang. Diksi yang menggunakan Fi’il mudhari, juga ada pada Surah Al-Ahzab:33 dengan bahasa “innama yuridullahu liyuzhiba ankum rijza”.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Seteslah tidak ada fallacy, maka kemudian disucikan sesuci sucinya. Kata “Ustud’ifu” (dilemahkan), bukan (mustad’af) lemah. Jika dilemahkan, artinya ada kekuatan konspirasi busuk yang menyumbat kekuatan politik sehingga terlemahkan. Mustad’afin adalah lemah karena memang tidak berdaya dan potensi bangkit sangat sedikit. Kami menjadikan mereka Imam-imam. Perhatikan sejenak, dalam kalimat itu, tidak ada pembatasan berlaku pada bani israil saja. Jadi siapa saja yang dimaksud Al-Qur’an dilemahkan ?, Lalu menjadi imam dan pewaris bumi, sebelum musnah ?. Al-Anbiya:105.
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ ٱلذِّكْرِ أَنَّ ٱلْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّٰلِحُونَ
105. dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur, sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
Menetapkan bahwa, sungguh Allah menuliskan, memancarkan dalam bentuk tinta, bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hambanya orang shaleh. Dan tentunya, ini tidak bisa diganggu oleh iblis. Keluhan iblis bergumam “Illa ibadaka minhum mukhlasih” kecuali mereka yang menyembah dari orang yang mukhlas, Siapa mereka. ? “Wa nimakkinakum fil ardhi”, membuat posisinya kuat dimuka bumi.
Datangnya Nabi musa, hancur kekuatan tiga serangkai yanga ada. Mirip dengan konsep negara hari ini, Lalu apa yang membuat negara menjadi super power ?. Yaitu memiliki teknologi militer super cangih, itulah mengapa al-qur’an menyebutkan dengan kalimat “wa fir’auna, wa haman wa junudahuma. Kekuatan fir’aun sangat dibantu oleh kekuatan kecerdasan seorang haman.
Hari ini ilmuwan menjadi tumbal dari penemuannya sendiri, banyak negara yang menyalahgunakan. Albert Einstein dengan teori relativitasnya digunakan untuk membuat bom atom. Teori evolusi gen dari Charles Darwin digunakan untuk merekayasa genetic. Dari kecerdadan itu dimanfatkan militer untuk kepentingan penguasa, serat dibaiayai oleh corporate, saat itu adalah Qorun.
Mereka yang unggul dalam teknologi mliter adalah pemenang perang dunia kedua. Ada disebutkan tentara, dan teantara bergantung kepada teknologi. Sementara teknologi emikian berkembang, Allah ingin membuat kerajaan fira’un runtuh, menghancurkan kecerdasan haman, dan menenggalamkan kekayaan Qarun. Pertanyaannya, bagaimana Allah memulai gerakan ini ? jawabannya ada pada sosok perempuan.
Skenario Tuhan ini, memerankan sosok dari seorang perempuan, “wa auhaina min ummi musa”. Ibu musa pertama kali yang di ceritrakan dalam al-quran sebelum bicara Nabi musa itu sendiri. Begitu juga dengan Nabi Muhammad. Mengapa Allah membiarakn Ibunda Muhammad meninnggal sebelum Nabi Besar. Allah memberikan cahaya di Rahim Aminah. Tapi juga membiarkan meninggal ayahnya. Allah ingin meberikan isyarat bahwa peradaban dunia, dimulai dari perempuan tanpa ayah. Dan ibunya lah yang mendidik dan membesarkan bayi Muhammad.
Nabi musa, ibunya diwahyukan kepadanya, padahal Nabi musa belum lahir. Mengapa demikian ? allah berkata: Wahai ibu musa, kamu akan menyusui anakmu. Setiap wanita hamil saat itu adalah menysui anakmu. “Fa idza khifiti alaihi”, jika takut, maka hanyutkan ke sungai. Orang dewasa saja ketika dilepas di sungai, sangat potensi mati. Apalagi seorang bayi dan sendiri. Tapi Allah memerintahkan jangan bersedih. Karena kami akan mengemabalikannya kepadamu dan menjadikannya nabi.
Nabi Musa tedampar di istana fir’aun yang dari dulu selalu mau membunuh semua bayi saat itu. Sebelum bayi Musa sampai ke istana, asiyah selalu berdoa “rabbig firli baitan”. Jawabannya ada pada musa sebagai amanah. Jadi, jangan menuntut Allah mengabulkan, tapi penuhi syarat untuk memang kita layak untuk mengembang amanah tersebut. Didikan sempurna yang didapatkan Nabi Musa, itu juga adalah sosok perempuan.
Setelah ibundanya, Nabi Muhammad, diasuh oleh seroang wanita lagi, dan menkhidmatkan diri menyusi Muhammad, yaitu Halimah. Setelah dewasa, khadijah menawakan diri lagi untuk menikahinya. Lalu, pada keluarga khadijah membiarkan suaminya berkhalwat di gunung. Tapi khadijah tidak pernah complain, harusnya seroang suami dirumah untuk kerja dan sebbagainya. Tidak Khadijah pernah memberi beban keluarga diberikan ke Muhammad. Karena khadijah tahu, bahwa Muhammad adalah manifestasi Ilahi. Bahkan semua harta khadijah habis untuk biaya dakwah Muhammad. Sampai saat Khadijah meninggal dunia, dalam keadaan kurus dan tidak ada punya apa apa lagi. Dan menarik dia akan meninggalkan anaknya fathimah. Simak analisisnya.
Dipanggillah Fathimah kesampingnya disaat saat terabring sakit ibundanya. Mengapa tidak berpesan kepada suaminya Muhammad ?. Karena jika berpesan, sama halnya akan memberikan legitimasi posisi lebih tinggi dari suaminya. Sementara Muhammad adalah tajalliyat ilahiyah. Untuk apa saya berpesan ?. Toh sang Nabi juga sudah pasti tahu apa yang akan diperbuatnya. Khadijah menyahut, Wahai fathimah “Saya amanahkan ayahmu” ini malah terbalik, dalam kebiasaan masyarakat, ayah yang dipanggil dan berpesan“ini anak kita saya tinggalkan” karena pesan itulah, fathimah menjadi pelayan juga sebagai ibu dari ayahnya sendiri. Sehingga mendapat gelar “Fathimah umma abiha”.
Sampai saat untuk bersama ali, dalam kondisi sangat miskin. Bahkan pada berbuka puasa, minjam kepada tantangganya. Lalu ada pengemis datang, dikasih lagi makanannya. Fathimah tidak punya apa apa. Semua hidupnya diabdikan kepada kebenaran. Setelah ayahnya meninggal, dia tampil ke medan untuk berperan dalam sosial masyarakat. Mengapa Ali tidak melarang ? karna beliau tahu bahwa Fahimah juga repersentasi Muhammad, dan Muhammad repersentasi ilahiyyah. Fathimah adalah contoh perempuan terbaik, beliau melibatkan diri dalam situasi sosial politik.
Ituah mengapa perempuan harus berperan diluar keluarga juga, tanpa mengabaikan tugas rumah tangga. Fathimah, mampu menjadikan dua kekuatan antara keluarga dan sosial, itu seimbang. Rule model ideal adalah fathimah. Jika tidak, maka kita terjebak pada dua kegelapan yaitu, tidak memberikan peluang kepada perempuan berkarya diluar, dan menjadi neraka bagi rumah itu sendiri.
Jakarta, 19 Maret 2019

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA