SEKOLAH PARENTING (MENJADI ORANG TUA YANG MILLENIAL)


By: Farham Rahmat

Santri Millenial

Di amerika serikat ada rumah yang menyediakan lemari besar, isinya hanya mainan anak saja, mereka sadar betul pendidikan anak berpengaruh pada pola perilaku dan peradaban nantinya. Penyakit modern hari ini abad digital hilangnya kepekaan sosial, hubungan silaturahmi hanya ada pada status saja dan aplikasi. Tantangan abad ke 21 ini juga harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak, sayyidina Ali berkata: “didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”.

Ciri abad ke 21 adalah Multitasking, multimedia, online, online info searching, video visual information, hyper competitor, rapid change. Tujuh ciri menggambarkan zaman digital, terkadang orang menyebutnya sebagai Zaman edan, artinya zaman anak kita lebih berat ketimbang zaman kita dahulu. Hampir semua sisi kehidupan tersedot ke kotak hitam itu. Jaringan networking terbuka, manusia ikut membludak, semuanya terhubung lintas wilayah, cara bersosialisasi pun dengan cara online, bahkan mencari informasi apapun ada pada google.

Dengan demikian, ada beberapa penelitian tentang pola laku siswa, masalah utama yang dilaporkan oleh guru pada tahun 1940 an itu hanya sekedar berbuat gaduh, berlarian, mengunyah permen karet, lalai mengerjakan tugas, melanggar pakaian. Lihat Sekarang kenakalan anak siswa, mengonsumsi obat obatan terlarang, penyalahgunaan alkohol, kehamilan, bunuh diri, pemerkosaan, perampokan, tawuran. Sekelumit bukti ini adalah tantangan zaman now lebih berat ketimbang zaman old.

Lalu, Sekarang apakah betul Ali dan Fathimah adalah orang tua millenial mampu menembus zaman sampai hari ini dan masa depan ? seperti kata Ali: didiklah anakmu sesuai dengan zamannya ? ada tiga bab besar dan penting untuk difahami orang tua milenial. Pertama, Paradigma (benar dalam mendidik anak). Kedua, Pola asuh (sesuai dengan usia perkembangan). Terakhir, bakat dan minat (anak selalu dipantik dan didukung).

Kita mulai dari pertama tentang PARADIGMA, Balada bik nih, demikian sebutannya, sebuah cerita tentang doktor PAUD, dan bapak munif chatib diundang hadir untuk memberikan materi tentang pendidikan anak. Pak munif berkata “Saya tahu kalian punya anak, sekarang saya mau tanya, tolong jawab jujur. Anda ingin jadi apa anak kalian ?” semua jawabannya beda beda enam doktor ini. Kesimpulannya isi kepala orang tua ingin dikeluarkan lalu dimasukan ke otak anaknya.

Anakmu bukanlah kamu, biarkan kita sendiri membiarkan mereka berkembang sesuai dengan bakatnya. Tumbuh kembang menjadi remaja sampai dewasa, dan akhirnya sukses. Namun, perjalanan sukses itu tidak semudah itu. Terkadang ada anak lahir dengan tanda autisme ada problem secara otak, jiwa, ada juga problem fisik.

Balada ahmad orang sukabumi menjadi orang tuanya manusia dalam buku Munif Chatib, orang tua ahmad adalah teman SMA. Bertemu dengan temannya yang dulu nakal menjadi alim sekarang. Ada anaknya ahmad di kursi roda, temannya dulu waktu kuliah nakal, saat menikah nakal, sampai punya anak juga nakal, namun ketika lahir ahmad yang hanya duduk di kursi roda dan tidak bisa berucap satu kata pun, saya dan istri menjadikan ahmad sebagai guru yang membimbing saya dekat dengan Allah. Dengan keterbatasan anak saya ahmad mengajarkanku bagaimana menjadi orang tua yang baik. Jadi, apapun kondisi anak kalian, mereka tetap bintang.

Jangan menilai anak dari satu sisi, kemudian dikatakan hebat. Padahal tidak melihat dari sisi lain, mungkin satu sisi dia hebat matametika, hebat bengkel mekanika, cerdas, hafal al-qur’an, dan sebagainya. Namun jarang sekali orang tua melihat anak dari influence effect membawa pengaruh kepada orang lain. Kecerdasan yang dimiliki oleh anak hanya sebatas individual dan tidak membawa pengaruh kepada yang lainnya. Ahmad, dalam keterbatasannya hanya duduk di kursi roda memiliki kecerdasan merubah orang lain menjadi baik, dan itu disebut sebagai influence intelgencia.

Kita semua yakin dalam keyakina bahwa sayyidina Hasan dan Husain ketika dilahirkan pasti mendapatkan pola pendidikan yang sangat ampuh dan sempurna, kakeknya Muhammad berkata, cucu saya akan menjadi pemimpin seperti ayah dan kakeknya. Kenapa ? karena sayyidah fathimah Ketika mengandung, beliau memperlakukan janinnya dengan komunikasi dan bercerita dengannya, dan kerennya, sudah ada alat komunikasi dari orang barat tentang itu, ternyata khadijah juga melakukan itu waktu mengandung fathimah.

Kemudian lakukan discovery ability (menjelajah kemampuan anak) pada anak anda. Sebutkan kelebihan anak anda. Dalam sosio eksperiment. Ibu yang menilai anaknya, dan anak menilai ibunya terjadi perbedaan signifikan. Ibu menilai anaknya terkadang rendah berkisar sampai 7,8,9 tidak pernah sampai nilai 10. Tapi anak disaat menilai ibunya malah semuanya memberikan nilai 10. Orang tua terkadang tidak sepenuhnya menilai anaknya pad sisi kemampuannya, sehingga tidak pernah memberikan nilai sempurna. Jelajahi kemampuan anak dan dukung, serta lihat ketidakmampunnya dan atasi.

Positive karakter, seperti gunung es, dibawah samudra ada tiga lapisan. Yang kelihatan sangat kecil di permukaan, itu adalah alam sadar, selebihnya adalah alam bawah sadar. Jika karakter ini selalu diberikan kata kata positif atau disebut crystalyzing eksperience, akan membentuk karakter yang baik juga dengan kata aku bisa, aku berani, aku hebat, akan menjadikan karakter anak menjadi kuat dan pemberani. Begitupun dengan nutrisi kata paralyzing eksperience, bahasa yang tidak baik seperti lemah, bodoh, jelek akan membentuk self image (cerminan diri) dan akhirnya sugesti terbawa sampai karakter selanjutnya dan berkata, “aku lemah, aku bodoh, aku jelek”.

Kedua pengalaman anak ini sangat jauh berbeda dan membawa pengaruh baik dan buruk terhadap perkembangan anak, akhirnya personality terbentuk dan menjadi kebiasaan, dan menjadi karakter yang susah disembuhkan. jika tidak disembuhkan dari awal, akan membentuk cangkang. Cangkang itu terdapat di alam bawah sadar paling bawah. Paradigma adalah anak kita bukanlah kita, semua anak kita adalah bintang, serta fokus pada kelebihan anak. Berikan crystalyzing eksperience agar membentuk karakter yang baik.

Kedua, tentang POLA ASUH ANAK. Imam ali membagi, tingkat perkembangan anak pada tiga bagian, pertama saat menjadi Raja, kedua, menjadi pembantu, dan ketiga menjadi wazir (mentri). Anak tujuh tahun pertama adalah seorang raja, memperlakukan semau maunya dan jangan pernah membentak dan merahinya, biarkan dia bebas bergerak dan berkreasi. Tujuh tahun kedua menjadi pembantu, siap bekerja sama dalam urusan apapun, dan tujuh tahun ketiga adalah mentri, setiap ada masalah sudah bisa menjadi teman diskusi untuk menyelesaikan masalah. Sudah dijelaskan oleh imam Ali bahwa Syarat tujuh tahun pertama berhasil akan tujuh tahun kedua berhasil. Ada anak yang salah pola tujuh tahun pertama, Akan mengalami diskomunikasi dnegan orang tua, dan cirinya selalu mengundur waktu jika ada perintah dari orang tua, dengan kata “iya ma... sebentar”.

Dalam islam perkembangan anak dibagi menjadi empat tahap. Yaitu Usia dini, usia baligh, remaja dan dewasa. Usia baligh luput dari penelitian barat, padahal disana adalah pintu gerbang untuk masuk ke ruang baik dan buruk bagi anak. Pola asuh harus kita fahami, bahwa dalam teori barat tidak ada masa akil baligh. Sementara banyak orang tidak merayakan masa akil baligh anak putra-putrinya. Bahkan ada orang tua memberikan hadiah, hadiahnya adalah kanvas putih kecil dan cat air warna. Dan berkata “Hari ini, lalu dan sekarang kamu adalah kanvas putih, setelah itu lukislah masa depanmu dengan warna apa yang kamu sukai” . Ibunya memberikan bunga mawar dan berkata “sebentar lagi anda jadi mawar dan jadikan durimu sebagai pelindungmu dari setiap kumbang yang datang.

Jadi, pertama Memahami usia perkembangan anak. Kedua, memahami kebutuhan anak sesuai usianya, memberikan pendidikan spritiual dan terakhir harus melek media. Suatu saat Jubah Rasulullah sering ditarik oleh anak anak. Untuk diajak bermain dan dijadikan unta atau kuda. Karena oleh rasul pernah menjadi kuda dan unta bermain bersama cucunya sayyidina hasan dan husain. Setelah itu rasul diberitahu oleh bilal untuk memimpin sholat jamaah di masjid, dan para sahabat sudah menunggu. Rasulullah tidak spontan menurunkan anak itu dari punggungnya, namun memberikan alternatif lain memberikan buah kenari segar untuk bisa lolos dari kejaran anak anak yang ingin bermain. Rasulullah tahu betul kebutuhan anak, mainan anak juga rasulullah tahu sehingga pola asuh Nabi kepada anak sangat lembut, serta memberikan alternatif permainan yang disenangi anak.

Pola asuh anak juga memperhatikan pendidikan Akhlak. Spritual akhlak al-karimah tidak akan lekang oleh waktu dan senatiasa relevan pada era apapun. Sayyidah fathimah mendidik anaknya pertama menunjukkan akhlak al-karimah. Sebab anak kecil pasti meniru, apakah bersifat Hablu mi An-nas, Hablu min Allah. Seperti fathimah, bekerja untuk orang sampai melepuh tangannya. Atau Rasulullah memberikan hadiah baju pengantin saat ingin menikah dengan imam Ali. Baju yang akan dipakai saat pengantin itu malah diberikan kepada pengemis. Setelah itu Rasul datang dan berkata aku telah berhasil mendidik mu wahai putriku. Berikan hartamu kepada orang lain dan hiduplah sederhana dan minimalis.

Generasi hari ini bisa kita lihat dalam enam bagian, pertama Builder pada tahun 1900-1945, kemudian Baby boomer 1946-1964, gen-X sekitar tahun 1965-1980, gen-Y tahun 1981-1994, gen-Z tahun 1995-2010, terakhir generasi Gen-A tahun 2011 sampai sekarang. Generasi akhir ini sering disebut generasi Alpha, yaitu tergantung pada empat tanda, pertama ketergantungan gadget, kedua, satu skill, obsesi pada produksi baru, dan obesitas. Semua ciri ini ditandai pada aktivitas anak yang bergelut dengan gadget. Bahayanya, gadget menimbulkan ketergantungan/adiktif bagi pemakainya.

Satu contoh, adiktif terhadap pornografi dan pengakses situs porno, 2009 indonesia ranking 3 dunia, juli 2010 sampai sekarang menempati ranking satu di dunia. Sumber berita dari koran jawa pos. Demikian strategi orang barat merusak moral generasi anak kita, mula mula membangun perpustakaan mental pornografi dengan memunculkan unsur pornografi pada setiap media. Kemudian menyebarkan penyakit otak adiktif pornografi pada anak kita. Akibatnya adalah menjadikan generasi pelanggang tetap mengakses situs pornografi.

Terkahir kita bicara Bab III yaitu “BAKAT DAN MINAT” bakat adalah Kemampuan khas, rasa suka jika terus dilakukan akan memunculkan kemampuan tertentu. Bakat adalah rasa suka yang tidak bisa dihalangi, rasa suka yang menjadikan pembelajar cepat ketika dipelajari. Sementara minat muncul dipengaruhi oleh lingkungan, bukan dari dalam dirinya. Gabungan dari keduanya antara bakat dan minat disebut Passion. Passion ditandai dengan profesional, profesional adalah dia berkarya di profesi dan mengatasi masalah juga pada profesinya. Jadi, Sekolah harus menjadi penumbuh bakat dan minat anak, bukan penjara yang mematikan bakat serta mengurung minat anak.

Tiga

bab pelajaran parenting ini perlu adanya ditopang dengan kekuatan akhlak untuk sukses seorang anak juga. Seperti yang diajarkan Fathimah Az-zahra membantu perjuangan ayahnya dari kekejaman masyarakat jahiliah. Juga, Ali bin abi thalib pemuda yang rela mati tidur di ranjang nabi untuk lolos dari kepungan musuh saat hijrah. Mush’ah bin umar, diplomat muda yang diutus rasul ke madinah sebelu hijrah. Itab bin usaid, gubernur mekkah pertama yan berusia 21 tahun setelah penaklukkan mekkah. Atau kesuksesan usamah bin zaid, panglima perang islam yang berusia 18 tahun untuk menyerang imperium romawi.

                                   Jakarta, 4 Maret 2019

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA