“USSUL” CARA ORANG MANDAR MERAYU TUHAN (Kajian budaya Habib Ahmad Fadhl al-mahdaly)
Alan
Santri Milenial
Postulat pertama yang mesti difahami, bahwa pemahaman islam terdiri dari teks keagamaan (naqli) dan nilai keagamaan (aqli). Masyarakat mandar dahulu, lebih cenderung beragama sesuai dengan akal sehat (aqli), tidak berarti menafikan apalagi mengingkari teks suci keagamaan, kenapa? sederhana alasannya, mereka belum banyak mengenal apalagi menghafal dalil Qur’an/Hadits. Kehidupan beragama dalam kondisi yang menunutut dan membentuk pemahaman agama di pesisir atau pegunungan mempunyai ciri khas tersendiri.
Mengenal kebaikan dan keburukan tidak perlu selalu merujuk kepada dalil teks Qur’an atau hadits. Banyak ajaran yang menyeru untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan karena akal sehatnya. Buktinya, sebelum islam datang di tanah mandar, pemahaman kebaikan akhlak, sudah menjadi pola laku dalam kehidupan sehari-hari mereka. Merendahkan diri ketika berjalan dihadapan orang tua (Metabe’) cirinya, berjalan membungkuk dan menurunkan tangan hampir bersentuhan dengan tanah.
Pola laku akhlak semacam ini tidak ada didalam teks Al-Qur’an, namun islam datang bukan menghapus apalagi menbid’ahkan, melainkan memperkuat dengan dalil teks seperti dalam surah Al-Isra’ ayat 23-24, An-Nisa ayat 36, surah Luqman ayat 14-15 semua berbicara tentang berbuat baik kepada orang tua. Atau pola laku masyarakat mandar bermusafahah (si’addapangan) dengan berjabat tangan sambil menempelkan tangan kirinya di kepala, jelas itu juga tidak ada dalam teks agama. Namun islam datang untuk mempertegas kembali tentang persaudaraan dan tradisi maaf memaafkan, diabadikan didalam Al-Qur’an surah An-nur ayat 22, Al-hujurat ayat 10, semua berbicara tentang persaudaraan yang harmonis.
Masyarakat mandar mayoritas nelayan yang beragama islam. Sehingga ada pola laku yang mentradisi dan sedikit aneh. Satu contoh, nelayan ketika ingin menangkap ikan, biasanya mereka membuat alat tangkap tradisional yang terbuat dari bambu dan berbentuk menyerupai gendang, kedua ujungnya membentuk lubang besar. Nelayan mandar menyebutnya “Buaro” dikenal bahasa indonesia “Bubu”. Yang menarik, rautan bambu menjadi penyusun itu tidak serampangan dalam merajut. Ada hitungan matematis dan harus tepat, sesuai dengan jumlah tawassul kepada manusia suci yang diyakini mendatangkan kekayaan.
Jumlah bilangan rajutan bubu, juga tidak serampangan adanya. Seorang anak bertanya “berapa rajutan yang akan dipakai bapak?” sang bapak menjawab “jangan simpan jumlah pas misalnya 50, 60, 70, pakai jumlah lebih misalnya 56 atau 58”. Maknanya adalah, simbol 8 yang ada dibelakang bilangan 5 menjadi “Mappamaroaq” artinya bilangan 50 menjadi ramai meriah dengan kehadiran bilangan 8 baik dari sisi penyebutan, ataupun dari sisi nilai. Mengapa harus demikian ? agar hasil tangkapan nelayan dari bubu ini ramai dan diramaikan oleh ikan-ikan. Cara seperti ini, diyakini oleh nelayan mandar sebagai “Ussul” definisinya do’a dalam bingkai perbuatan. Makanya Habib Ahmad Fadhl Al-mahdaly mengatakan “Kakai ussul dari baca” lebih dahsyat do’a dalam perbuatan ketimbang do’a dalam bacaan.
Suatu waktu annangguru Habib Ahmad Fadhl Al-mahdaly ketika akan berkhutbah idul fitri, ada seseorang yang tidak dikenal, memasukkan “Peang” kail ikan dikantong Habib Fadhl. Sesaat setelah khutbah dan sebelum keluar dari masjid orang tersebut mengambil kembali kail itu dari kantong Habib. Habib fadhl lantas bertanya “Apa itu, dan kenapa anda melakukan itu?” orang itu menjawab “ini peang puang, na upake i lamba mameang bau” ini hanya kail Habib, ingin saya gunakan untuk menangkap ikan. Habib bertanya lagi “kenapa disisipkan di kantong baju?” sambil menunduk dia menjawab “digena, mai’di tau maita puang mabaca kato’ba, supaya mai’di dipiala bau puang, uwalai membali sebelum sicco tau” tadi banyak orang yang menyaksikan habib membaca khutbah, itu artinya supaya kail itu bisa banyak menangkap ikan, dan saya ambil kembali kail itu sebelum sedikit orang.
Itu salah satu perbuatan yang disebut “Ussul”, mengharap keberkahan menempel kepada sebuah kail dari habib keturunan nabi Muhammad, dan mengqiyaskan antara banyaknya orang yang menyaksikan pembacaan khutbah dan banyaknya ikan yang akan dihasilkan. Nelayan mandar ketika menggunakan ussul, biasanya semua alat tangkap ikannya, dibawa ke masjid saat sholat id hari raya. Ada yang menyimpan di gerbang masjid, ada yang menitipkan di baju pembaca khutbah, ada juga yang menyimpan di ruang masjid. Diambil kembali sebelum orang keluar dari masjid, agar ikan dalam tangkapannya tidak keluar dari buaro. Ternyata hasilnya juga melimpah tidak mengingkari ussul dan hasil tangkapan.
Tradisi ussul ini pernah juga dilakukan oleh haji pua salaman dari lero pare-pare ketika bertemu dengan habib ahmad fadhl al-mahdaly. Dalam pengakuannya haji pua salaman ini pernah diperintah oleh Imam lapeo K.H. Muhammad thahir untuk membawa seutas pengikat dari rotan, mandar menyebutnya “uwe”. Imam lapeo mewasiatkan “bawai di’e tama uwe e di masigi haram sandappa a... anna i dzio ba’bana masigi, mua pannomi tau tama di masigi, alaimi, palaiangi mai di mandar, pattannangangi bau” bawa utas tali rotan ini pergi ke masjidil haram, simpan di pintu masjid, jika sudah banyak orang masuk masjid, silahkan ambil kembali dan bawan utas tali rotan itu ke tanah mandar untuk digunakan menangkap ikan.
Lantas pau haji pua salaman bertanya “kenapa dan untuk imam guru?” imam lapeo memberi petunjuk “ohhh... paitao tama, mai’dii tau to?, jadzi sikkaruangina ma’idinna tau anna bau ma’di mittama di jalamu?” lihat masuk ke masjid, banyak orang kan ? sama halnya bentuk banyaknya orang yang masuk masjid dengan banyaknya ikan yang akan anda dapatkan dengan menggunakan tali rotan itu,selain dari itu, meraup berkah dari masjidil haram juga. Sehingga ussul dan keberkahan menyatu dalam satu alat tangkap ikan.
Satu lagi tradisi agama nelayan, kali ini agak sedikit nyeleneh. Dipercaya bahwa buaro/bubu “sikkarruangi” bertajalli seperti alat kelamin laki laki. Jadi untuk dapat ikan banyak, ditengah lautan para nelayan biasanya berteriak ke arah bubu agar memperoleh ikan yang banyak. Lucunya, teriakan itu bukan hanya sekedar teriakan. Mereka berteriak dengan menyebut nama-nama perempuan yang seksi, bohay, dan cantik jelita. Mengapa demikian, karena bubu adalah manifestasi dari alat kelamin laki laki, jadi pasti menyukai hal-hal yang bersifat feminis atau perempuan, apalagi jika perempuan yang disebut dan diteriakkan itu cantik dan seksi. Tidak sungkang-sungkang mereka berteriak keras diatas perahu, sembari menyebut nama perempuan cantik dan seksi itu. Satu contoh teriakan, “yaaaa..... i Syahriniii.... ohhhh..... i Raisaaaa.....”
Pola laku nelayan ini mungkin tidak masuk akal, jauh dari keilmiahan logis, dan sedikit jorok, namun demikianlah adanya, mereka mempercayai cara tersebut untuk bisa menghasilkan ikan yang banyak. Masyarakat mandar, seringkali menggunakan ussul. Ussul yang diyakini bukan berarti tidak punya landasan hostoris. Suatu ketika, perjanjian hudaibiyah digelar, tercatat perjanjian iitu selalu membuahkan hasil kegagalan, setiap perjanjian itu selalau ada kerumitan yang membuat para sahabat susah bermufakat. Sehingga pada hari tertentu, nabi muhammad melihat sahabat yang baru datang dan ingin terlibat perjanjian hudaibiyah juga, namanya Suhail bin amar.
Sehingga wajah nabi spontan cerah dan senyum sumbringan, Sayyidina Ali bertanya “kenapa engkau tersenyum wahai Rasulullah?” Nabi menjawab “ perjanjian hudaibiyyah akan membuahkan hasil mufakat yang baik, karena nama anak muda itu adalah do’a Suhail Bin Amr”. Suhail artinya mudah dari kata Sahlun satu asal kata dengan usshul, sehingga definisi usshul adalah doa dalam perbuatan untuk memohon kemudahan dalam segala urusan.
Selain itu, juga ada tradisi mandar dalam pembuatan gendang rebana. Sebelum dirajut dengan kulit sapi dan kayu, mereka biasannya memanggil perempuan yang sedang “Battang bungas” hamil pertama, untuk menyentuh kulit dan kayu itu, mengapa demikian ? insya allah, akan saya lanjutkan pada tulisan berikutnya, tentunya masih diwilayah tataran ilmu Habib Ahmad Fadhl Al-Mahdaly.
Luyo, 10 Juli 2019
kelinci99
ReplyDeleteTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino