PANCASILA TERNYATA BUKAN IDEOLOGI
PANCASILA bukan ideologi ternyata
Oleh: Alan
Santri Millenial
Dialektika ideologi dunia kini mulai mengeras dan nampak teramat ganas. Mengapa tidak pertarungan pemikiran dalam frame ideologi melahirkan konsekwensi logis akan tata pola pikir dan cara bertindak seseorang. Pancasila lahir sebagai the alternative of ideologi dari kekacauan umat manusia. Sehingga bung Karno tanggal 1 juni 1945 sebagai pencetus pancasila mengangkat ideologi lima sila ini ke permukaan dunia sebagai solusi cinta dan perdamaian.
Pancasila selain posisinya the Filosofi Grondslag juga berkedudukan sebagai Weltanschaung. Dalam hal ini perlu difahami bahwa Welatanschaung belum tentu menjelma menjadi Filosofi Grondslag, sebab Weltanschaung adalah gambaran masyarakat yang telah membentuk karakter dan adat kebiasaan manusia dengan local wisdom masing masing daerah. Seperti adat tentang penegakkan hukum dan etika sosial yang berlaku, atau kalau di mandar kita kenal adat siriq.
Namun saat kita bertanya apakah sistem atau local wisdom ini bisa diargumentasikan secara filosofis? jawabannya tentu tidak, sebab mereka melaksanakan pola laku dalam kehidupan bermasyarakat, namun tidak mengenal kaidah berfikir rasional dan mendalam seperti filsafat. Sehingga tidak bisa juga dinamakan Filosofi Grondslag, sebab ia hanya terdiri dari pola laku kehidupan saja, tidak berbentuk teori-teori yang mendalam yang membentuk ideologi filosfis sendiri.
Jadi Local wisdom masyarakat adalah sebuah sistem yang telah membentuk manusia, dan itulah yang dinamakan Weltanschaung dalam kehidupan mereka. Namun tidak menjadi sebuah filosofi grondslag. Katakanlah misalnya suku dayak dalam melakukan reboisasi mereka mempunyai adat setelah menebang pohon mereka membayar kekayaan alam dengan uang logam ditanam kedalam bumi. Terakhir, peneilitian mangatakan bahwa logam mempunyai zat tersendiri yang mampu menyuburkan tanah. Namun mereka tidak tahu menjelaskan secara rasio ideologis tentang adat istiadat mereka itu, sehingga bukan sebagai filosofi grondslag.
Begitupun sebaliknya filosofi grondslag belum tentu menjadi Weltanschaung. Maka kita mengenal pemikiran ideologi dunia hanya sebatas kekayaan intelektual belaka. Bahwa memang pemikiran seperti itu sesuatu yang sangat penting sebagai bahan analisis perbandingan pemikiran. So, pemikiran beragam yang kita konsumsi tidak serta merta akan menjadi weltanschaung (pandangan hidup) kita dalam beraktualisasi. Membaca pemikiran Karl marx, Hegel, Jhon locke sampai ilmuwan barat kekinian seperti Jurgen habermas dan Viktor frankl misalnya bukan keniscayaan untuk menjadikan pemikiran mereka sebagai pandangan hidup, atau ideologi islam seperti Al-ghazali, Ibnu rusyd dan ulama lainnya. Pemikiran itu hanya akan bergelut dalam dzihni (pikiran) saja tidak lebih, adapun ranah tindakan itu sudah menjadi ranah praktis yang dibentuk Weltanschaung yang bisa dilatarbelakangi beberapa faktor, tidak ada hubungannya dengan kekayaan pemikiran yang kita baca.
Berbeda dengan Pancasila, selain menjadi Filososi Grondslag yang begitu mendalam dari pendiri bangsa juga menjadi Weltanschaung sebagai bangsa indonesia. Jiwa bangsa ini dibentuk dalam filsafat pancasila dan menjadi nilai dasar dalam realisasi sikap tindakan rakyat indonesia. Pancasila adalah satu kesatuan ideologi dan pandangan hidup, sehingga akar nilai filosofis bangsa akan tetap mengakar kuat dalam bingkai keislaman. Intinya, pancasila selain menjadi pola laku kehidupan masyarakat (Local wisdom) dia juga menjadi filsafat ideologi untuk bangsa indonesia.
Luyo, 1 Juni 2020
Pancasila selain posisinya the Filosofi Grondslag juga berkedudukan sebagai Weltanschaung. Dalam hal ini perlu difahami bahwa Welatanschaung belum tentu menjelma menjadi Filosofi Grondslag, sebab Weltanschaung adalah gambaran masyarakat yang telah membentuk karakter dan adat kebiasaan manusia dengan local wisdom masing masing daerah. Seperti adat tentang penegakkan hukum dan etika sosial yang berlaku, atau kalau di mandar kita kenal adat siriq.
Namun saat kita bertanya apakah sistem atau local wisdom ini bisa diargumentasikan secara filosofis? jawabannya tentu tidak, sebab mereka melaksanakan pola laku dalam kehidupan bermasyarakat, namun tidak mengenal kaidah berfikir rasional dan mendalam seperti filsafat. Sehingga tidak bisa juga dinamakan Filosofi Grondslag, sebab ia hanya terdiri dari pola laku kehidupan saja, tidak berbentuk teori-teori yang mendalam yang membentuk ideologi filosfis sendiri.
Jadi Local wisdom masyarakat adalah sebuah sistem yang telah membentuk manusia, dan itulah yang dinamakan Weltanschaung dalam kehidupan mereka. Namun tidak menjadi sebuah filosofi grondslag. Katakanlah misalnya suku dayak dalam melakukan reboisasi mereka mempunyai adat setelah menebang pohon mereka membayar kekayaan alam dengan uang logam ditanam kedalam bumi. Terakhir, peneilitian mangatakan bahwa logam mempunyai zat tersendiri yang mampu menyuburkan tanah. Namun mereka tidak tahu menjelaskan secara rasio ideologis tentang adat istiadat mereka itu, sehingga bukan sebagai filosofi grondslag.
Begitupun sebaliknya filosofi grondslag belum tentu menjadi Weltanschaung. Maka kita mengenal pemikiran ideologi dunia hanya sebatas kekayaan intelektual belaka. Bahwa memang pemikiran seperti itu sesuatu yang sangat penting sebagai bahan analisis perbandingan pemikiran. So, pemikiran beragam yang kita konsumsi tidak serta merta akan menjadi weltanschaung (pandangan hidup) kita dalam beraktualisasi. Membaca pemikiran Karl marx, Hegel, Jhon locke sampai ilmuwan barat kekinian seperti Jurgen habermas dan Viktor frankl misalnya bukan keniscayaan untuk menjadikan pemikiran mereka sebagai pandangan hidup, atau ideologi islam seperti Al-ghazali, Ibnu rusyd dan ulama lainnya. Pemikiran itu hanya akan bergelut dalam dzihni (pikiran) saja tidak lebih, adapun ranah tindakan itu sudah menjadi ranah praktis yang dibentuk Weltanschaung yang bisa dilatarbelakangi beberapa faktor, tidak ada hubungannya dengan kekayaan pemikiran yang kita baca.
Berbeda dengan Pancasila, selain menjadi Filososi Grondslag yang begitu mendalam dari pendiri bangsa juga menjadi Weltanschaung sebagai bangsa indonesia. Jiwa bangsa ini dibentuk dalam filsafat pancasila dan menjadi nilai dasar dalam realisasi sikap tindakan rakyat indonesia. Pancasila adalah satu kesatuan ideologi dan pandangan hidup, sehingga akar nilai filosofis bangsa akan tetap mengakar kuat dalam bingkai keislaman. Intinya, pancasila selain menjadi pola laku kehidupan masyarakat (Local wisdom) dia juga menjadi filsafat ideologi untuk bangsa indonesia.
Luyo, 1 Juni 2020
Comments
Post a Comment