SALAH POTONGAN RAMBUT BISA MEMICU KEMATIAN (Kisah teman yang terbeban jiwa)

Salah potong rambut bisa mempercepat kematian. Asumsi ini lahir dari pengalaman pribadi dengan seuntai kisah yang pernah ada. Suatu waktu tepat pada hari sabtu 21 Desember 2019 saya dan teman dari Minangkabau bernama Rozi Yulianto mengikuti kelas grammar di salah satu kursusan pare Kediri Jawa timur. Setelah pulang kelas, kami selalu menyempatkan untuk berolahraga GYM. Namun kali ini berbeda, Rozi pergi mencukur rambutnya agar kelihatan gagah.

                      Sumber photo: pexels.com

Tiba di kos, kami berjumpa kembali bersama teman-teman yang lain disana. Terkejut melihat potongan rambut si Rozi yang agak aneh dari biasanya. Sisi bagian kanan terlihat rambut lebih tebal ketimbang sisi kiri. Salah satu dari kami menimpali dan berkata: “Mr. rozi, are you serious, your hair style like that?” sok-sok an kita ngomong inggris, kan memang sedang berada di kampung inggris. Rozi, kok gitu potongan rambutmu, tidak seimbang?.

Spontan rozi beranjak dari kursi menuju cermin besar kos cassanova saat itu. Santai memandang arah cermin sembari mengusap rambutnya ke arah kiri, belum puas, diusapnya ke arah kanan. Terlihat bibirnya cemberut dan keningnya berkerut, pandangannya mulai melemah dan berkata: “iya ya, kok jadi begini potongan rambutku?” tidak lama berdiri rozi menuju kamarnya, terlihat merenung entah belajar atau memikirkan potongan rambutnya yang aneh.

Mula-mula dibawa santai, namun perlahan Rozi semakin tidak percaya diri. Ada beberapa kelas rozi tinggalkan, mungkin karena minder dengan potongan rambutnya. Gelisah selalu ingin merubahnya, pernah terlihat masuk kelas namun dia memakai topi. Rozi selalu bertanya kepada saya : “mr. alan, where is your recomend barber around here?” tempat cukur yang bagus dimana ya lan? Saya perkirakan mungkin sepuluh kali rozi bertanya demikian. Saya hanya menjawab disana dan disitu.

Baiklah, karena rozi sangat terbebani dengan potongan rambutnya, saya memutuskan untuk potong rambut juga. Saat itu lagi hujan deras jam 08 malam. Rozi tidak mau tahu, pokokya potongan rambutnya harus baik dan keren. Berangkatlah kami dan kondisi basah kuyup, rozi rela menunggu setelah saya hanya untuk merubah potongan rambutnya itu dan membayar lebih dari kemarin. Alhamdulillah hasilnya memuaskan, bibirnya kembali sumbringan, tatapannya bersemangat, langkahnya seperti tidak menyentuh tanah, bahagia dan jiwanya plong serta percaya dirinya kembali.

Kebalikan kisah seorang teman di Puccadi berinisial SR, yang sampai saat ini masih cemberut tidak percaya diri. Rupanya juga dia tertimpa musibah yang sama, yaitu potongan rambut yang aneh. Selepas cukur rambut, bertamu di rumah perempuan, dia ditimpali bahasa yang agak keras “kok gitu rambutmu?” semua tertawa. Sebenarnya tidak baik, tapi ya kita mau jujur dan mengkritik yang aneh kan. SR tidak menghiraukan menganggap itu hanyalah persepsi yang belum tentu kebenarannya, toh saya fine fine aja.

Akhir kisah, di sebuah acara syukuran minggu 27 september 2020. SR kembali ditimpali dengan Bahasa: “cukurnya kayak sabut kelapa” hampir perlembar rambutnya mendapat kritikan ditambah dengan posisi dan bentuk kepalanya yang tidak sesuai. Spontan pandanganya kosong hampa tak bermakna, postur tubuh menjadi bungkuk. Hilang harapan, hilang kepercayaan diri. Bagaimana tidak, hampir semua orang yang mendapat potongan rambut yang aneh merasa terpukul dan beban jiwa. Sebab pertama kali terlihat oleh orang apalagi si do’I adalah kepala. Mahkota seorang manusia ada pada kepalanya. Tidak heran jika salon rame hanya untuk mempercantik mahkotanya.

Beban jiwa yang diakibatkan potongan rambut bisa mempengaruhi psikologi dan menekan alam bawah sadar. Tekanan inilah yang memporak-porandakan system saraf. Menurut peneliti Dr. seena fazel dari university oxford, orang yang mengalami tekanan mental hampir sama dengan menghisap 20 batang rokok sehari. 

Tekanan mental bisa memicu penyakit seperti jantung, diabetes, maag dll. Sebaliknya, Ibnu sina dalam kitabnya Al-Qonun menyarankan untuk tetap tenang. Al-itmi’nan minal dawa’ (ketenangan sebagian dari obat) jadi, apapun yang menimpamu usahakan untuk tetap tenang, jangan panic apalagi tertekan jiwa, termasuk jika anda salah potong rambut.

Nyatanya, SR selalu melawan kenyataan bahwa semua baik baik saja kok tidak ada yang aneh. Sepertinya SR ingin melawan realitas. Kami tahu maksudnya untuk men suggestion diri. Namun kalau ingin benturan dengan realitas juga akan membawa penyakit alam bawah sadar. Alam sadar berusaha melawan tapi alam bawa sadar menerima itu. Jadi, bawa santai saja, namun tetap menyadari kenyataan serta berusaha untuk memperbaikinya. Artinya cukur ulang. Hehe



Luyo, 28 september 2020

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA