JADILAH SEPERTI ANAK UNTA
JADILAH SEPERTI IBNU LABUN (ANAK UNTA)
Sumber photo: Pexel.com
(Kajian Nahj Al-Balaghah Ust. Akbar Saleh)
Oleh: Farham Rahmat
Ditengah tengah pusara politik yang makin menggerus kencang, masyarakat dihadapkan dengan realitas yang kabur dan political bullshit zaman now. Masyarakat dihidangkan dengan peta pertarungan dua kekuatan besar di negri ini, masing masing menganggap kelompok mereka yang paling benar dan kelompok sebelah pasti salah.
Tampilan seperti ini membuat masyarakat bingung mendeteksi sebuah kebenaran. Mirip seperti film jepang kuno berjudul “Rashomon” diceritakan dalam buku politik labirin Indonesia karya Alfan alfian.
Berhadapan dengan dinamika politik buram seperti ini, pesan Sayyidina Ali yang sungguh relevan untuk kita semua, membuka jalan dari jalan jalan tikus yang tercipta hari ini. Diingatkan oleh pesan Sayyidina Ali dalam kitab Nahj Al-Balaghah:
“KUN FIL FITNATI KA IBNI LABUN, LA DOHRUN FA YURKABA WA LA DHOR’UN FA YUHLABA ”
Artinya: Dalam kondisi fitnah (kondisi yang tidak jelas) ini, jadilah seperti anak unta. Dia tidak memiliki punggung untuk ditunggangi, dan tidak memiliki susu untuk dimanfaatkan.e
Ketidak jelasan politik, pada saat semua berbicara kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi, maka jadilah engkau seperti anak unta betina (Ibnu Labun). Kenapa anak unta ?, karena dia tidak memilki punggung untuk membawa barang, dalam bahasa politik, tidak bisa sama sekali ditunggangi orang dalam mengangkut barang barang kepentingan.
Tidak juga memiliki susu sehingga tidak bisa dimanfaatkan, sebab mereka yang menenggelamkan diri dalam politik hanya akan memeras dan memperalat untuk manfaat segelintir orang saja.
Sayyidina Ali mengajarkan kita untuk tidak berpihak diantara dua kubu yang tidak jelas. Tidak tahu Mana yang hak yang mana yang bathil. Masing masing saling menampakkan keburukan lawan dan mencitrakan kebaikan kelompoknya.
Selama bukan konflik antara kebenaran dan kebathilan, artinya sudah pasti kepentingan yang berbicara. Jika jelas kebenaran dan kebathilan maka kita diwajibkan untuk memihak kepada yang haq.
Bersifat acuh terhadap kondisi politik, sehingga menampakkan diri seolah olah tidak mempunyai kemampuan untuk memikul barang dan memberikan manfaat. Bukan berarti kita harus cuek dengan kondisi yang ada.
Jika tidak mau tahu kondisi politik akan dikhawatirkan terjadi ketertindasan nantinya. Sehingga makna anak unta (Ibnu Labun) adalah tidak terjerumus politik namun harus faham arus politik secara tuntas untuk tidak dibodohi.
Menyemplung kedalam politik dengan memperjelas identitas keberpihakan adalah terjerumus ke narasi politik yang tidak jelas dan saling bermusuhan satu sama lain. Tetap lah dalam garis objektif tidak memihak ditengah realitas yang kabur, ditengah politik yang kosong makna.
Jadilah seperti ibnu labun yang senantiasa mengembangkan keilmuan dan kesadaran masyarakat, membimbing masyarakat agar tidak tergerus arus politik yang ganas mematikan. Jadilah seorang muslim yang mengedepankan Islam washotiyyah, menjadi obat peredam bagi manusia manusia yang gila akan kekuasaan.
Jakarta, 9 Februari 2019
Comments
Post a Comment