LITERASI AGAMA: SIAPA LITERASINYA KUAT DIALAH PEMILIK KEWARASAN


(Photo Bersama Via Online) 

Minggu, 28 Maret melalui Via Online Organisasi ZAIN OFFICE menggelar Webinar Literasi Agama, dihadiri oleh beberapa tokoh, penulis, dosen, Guru, mahasiswa bahkan mungkin politisi ya. Narasumber handal Dr. Muhammad Zain, M. Ag. Sebagai Direktur GTK Madrasah Kemenag RI juga Founder Zain Office. Diskusi berlanjut dipandu moderator Farham Rahmat. Dalam penjelasannya beliau banyak mengkritik cara keberagamaan kita di era Digital. Dr. Muhammad Zain mengatakan begini. 

Kita mengalami kirisis Literasi. Sementara hari ini masih dalam pandemi covid 19, sebuah buku yang menarik Pandemic Covid-19 Shakes The World, 2020 mengatakan bahwa pandemic ini menguncang semua lini, termasuk agama. Kita tengah menghadapi krisis Kesehatan, ekonomi dan psikologis yang berdampak politik, kita tidak bisa normal seperti sebelumnya. Pasca krisis nanti, kita mesti membangun normalitas baru dari reruntuhan normal kita yang dulu. 

Dulu orang kalau shalat berlomba lomba shalat berkurumun, hari ini kita mesti jaga jarak, pake masker dan memakai handsanitizer. Aktifitas ekonomi semua mengalami collapse bangkrut seluruh dunia. Dulu kalau ada masalah lari ke masjid mengadu pada Tuhan, hari ini masjid dihindari karena covid ini. Dalam  kondisi seperti itu, maka ada pertanyaan masuk, “Dimana Tuhan Sekarang?” Pertanyaan ini sangat berbahaya dan tidak gampang untuk menjawabnya.

Kalau kita pake jawaban Nabi kepada orang badui, maka kita akan menganggap bahwa Tuhan itu diatas langit, sementara ada banyak satelit yang bisa menembus ruang angkasa teknologi sudah menembus itu, tapi apakah Tuhan masih diatasnya lagi? Masalah agama di era sekarang sangat kompleks dan rumit. Ditambah lagi dengan fenomena baru di era disrupsi ada dimana-mana. Semua kita tertimpa disrupsi. Disrupsi adalah diksi yang banyak digunakan dalam bisnis, yaitu mengalami gangguan dan mengakibatkan industry tidak berjalan seperti biasanya. Biasanya ini muncul karena kita kalah saing dengan teknologi. 

Memasuki era disrupsi begitu menantang, mengubah cara hidup dan hubungan dengan orang lain dalam buku Klaus schawab The Fourth Industrial Revolusion. Dukungan teknologi dan informasi dunia semakin cepat. Pemerintah, Agama juga ikut terdisrupsi, para Guru kalah saing dengan Wikipedia dan Ruang guru, Ulama besar kurang diminati ketimbang ustadz-ustadz media yang hanya mengikuti pesantren kilat tiga hari. Semua kita terdisrupsi dengan penguasaan big data. Orang tua kepada anak juga demikian, sang anak lebih banyak mengambil pelajaran dari internet ketimbang dari orang tuanya, lebih banyak main game, tiktokan daripada mengabdi kepada ibu bapak.

Maka efek yang timbul adalah tercipta masyarakat yang cuek. Masyarakat yang Ketika melihat saudaranya terjatuh tidak langsung ditolong, melainkan diketawai dulu, baru diphoto belakangan ditolong. Gejala ini sudah terlihat banyak di masyarakat. Mengapa begini? Karena Indonesia menyambut era itu tidak pernah matang lalu berganti era lagi. Akhirnya selalu tergantung, masuk era modern, belum mencicipi, masuk lagi era postmodern, belum matang masuk lagi era revolusi industry sampai pada era digital hari ini, jauh beda dengan eropa. Disana pengetahuan, rasionalisasi dan sains berkembang dan merasakan peradaban yang selalu berubah.

Maka hari ini warga masih sangat mempercayai mistis seperti dukun-dukun, peran rasionalisasi sangat minim. Akhirnya terjadilah yang sangat kita khawatirkan yaitu The Death of Expertice era para pakar sudah tidak didengarkan lagi. Semua punya ruang untuk berkomentar apapun dan dari sudut padang manapun. Mereka juga ingin ke permukaan padahal pengetahuan sangat rendah, lebih celaka lagi ada ustadz dadakan sudah berani menyalahkan Ulama besar sekelas Prof. Quraish Shihab.

Kemudian, juga terjadi Integrasi ilmu. Ilmu umum dan ilmu agama dipisahkan satu sama lain. Christian Snouck Hurgronje menyampaikan kepada para petinggi agama saat itu bahwa agama tidak usah mengurusi politik dan ekonomi, silahkan urus saja masjid dan tempat ibadah. Pesan itu berefek sampai sekarang, buktinya kemendikbud diperintah untuk mengurusi sekolah, sementara kemenag mengurusi madrasah dan pondok pesantren.

Ilmu umum dan ilmu agama dipisahkan, padahal Ulama dulu tidak mengenal dikotomi ilmu. Al-Kindi ahli agama juga ahli filsafat dikenal dengan falsafah al-ulanya. Ibnu Sina menghafal Qur’an umur enam tahun namun juga ahli ilmu perbintangan, kedokteran dan filsafat. Al-Biruni dan ibnu Haitham pakar dalam agama juga ahli dalam sains matematika. Al-Khawarizmi seorang ulama besar yang pakar dalam matematika, geografi dan astronomi. Jabir Ibnu Hayyan juga Ulama besar ahli kimia, fisika dan farmasi. Ibnu Khaldun seorang sosiolog kenamaan juga seorang Ulama. Ibnu rusyd Ulama masyhur dikenal bapak renaissance eropa dengan pikirannya yang logis dan filosofis.

Padahal ada beberapa arsitektur berkualitas tinggi peninggalan Dinasti Safawi di Isfahan Iran. Seperti pahatan stalaktit atau disebut “Muqarnas” dan kubah bulat dengan dekorasi bunga. Bendungan Scehel memiliki 20 tiang menjadi 40 tiang karena berganda ketika ari masuk. Di AlJazair juga terdapat masjid megah peninggalan dinasti Ottoman, masjid yang memadukan arsitektur moor dan bizantium. Bahkan toilet adalah penemuan Ulama Islam, bukan Thomas Crapper, alasannya sederhana, dulu Ketika orang ingin buang hajat langsung gali tanah. Setelah datang islam, dirombak dan diberikan dinding seadanya karea Islam memandang itu adalah aurat.

Kompas dan karpet juga hasil penemuan islam, bisa kita temukan di Iran, Azerbaijan. Karpet tidak hanya berfungsi sebagai tikar, melainkan juga punya nilai spiritual tinggi. Iran dan turki membuat karpet itu dengan berpuasa ada bacaan shalawat dan bacaan al-qur’an. Belum lagi toga yang dikenakan oleh mahasiswa Ketika wisuda, ternyata toga itu adalah tiruan symbol dari bangunan ka’bah. Seeorang raja dari Tunisia menemukan itu, makanya toga sebagai symbol pengetahuan tinggi yang dicapai mahasiswa.


Literasi beragama adalah memahamai juga pemikiran yang menghantam islam. Seperti pemikiran Karl Marx dalam bukunya Das Kapital. Segala aktivitas orang itu digerakkan oleh ekonomi dan bertujuan ekonomi juga. Max Weber membantah bahwa ada orang ke masjid bukan atas dasar ekonomi, tapi mencari makna. Buku yang paling berbahaya adalah God Delusion. Begitu juga karya Charles Darwin The Origin Of Species. Buku ini mendisrupsi teori penciptaan Nabi adam. Doktrin agama menjadi lemah akibat buku ini, banyak orang mulai ragu apakah Nabi Adam manusia pertama atau bukan?. Belum lagi Nietzche pilsuf yang paling nakal berani mengatakan tuhan sudah mati, matinya agama di eropa dengan bukunya Zarathustra. 

Yuval Noah Harari saintis terkemuka dengan buku Sapiens dan Homo Deus, paling berbahaya adalah buku 21 Pelajaran Di Abad Ke 21. Buku ini mesti dipelajari dan dibaca baik-baik. Didalam buku ini mengatakan “Untuk Apa Kita Selalu Melantunkan Do’a Kepada Tuhan, Sementara Tuhan Sudah Tuli Dengan Do’a-Do’a Kita” 

Buku Denny JA mengemukakan dalam bukunya Bergesernya Pemahaman Agama. Ada 11 argumentnya salah satu adalah Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Musa hanya tokoh fiktif, setelah arkeolog melakukan pengecekan ilmiah ternyata nama Nabi Musa tidak ada. Ka’bah juga bangunan baru bukan bangunan tua. Beberapa masjid diperiksa ternyata tidak menghadap ka’bah, tapi menghadap ke kota Petra Yordania.

Kepala perpusnas M. Syarif Bando mengatakan bahwa Informasi yang masuk ke perpusnas dalam bentuk buku, artikel, jurnal dan sebagainya itu ada 6 juta. Mestinya kita semakin cerdas, tapi malah korban hoax di era post truth. Sebagian karakter baik manusia tergeser dengan internet of things. Orang Sudah puas dengan silaturahmi via online. Santri mengejar selfie bukan berkah lagi dengan ulamanya. 

Susan Pinker dalam bukunya The Village Effect: How Face To Face Contact Can Make Us Healthier And Happier, buku ini menyatakan komunikasi secara langsung dan tulus bisa berdampak menyehatkan dan lebih membahagiakan. Suasana kontak langsung dengan tulus membangun silaturami seperti yang terjadi di masyarakat desa dapat memperpanjang umur, lebih sehat dan Bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA