PANCASILA: PERSATUAN ITU MEMPERTEGAS IDENTITAS


Perdebatan antara agama dengan nasionality yang menjadi asholah dalam kehidupan masih sangat hangat kita perbincangkan. Termasuk Allamah Thaba’thabai menggugat atas keberadaan nasionality. Pembahasan yang berkisar pada apakah budaya suatu bangsa memang beragam atau satu pada hakikatnya?

Dikatakan bahwa manusia berbeda-beda secara suku dan bangsa tidak dapat kita terima sebagai final, sebab semua manusia akan senantiasa bergerak menuju pada satu hakikat kebudayaan dan saat itu budaya masing-masing bangsa dan suku akan dihapuskan. Kita tahu manusia mempunyai fitrah sejak lahir, dan fitrah inilah yang akan senantiasa mendorong manusia dalam bergerak menuju persatuan sebuah kebudayaan dan peradaban Ilahiah.

Kebenaran dan kesholehan akan menjadi titik final pewaris bumi natinya, sehingga kesukuan dan kebangsaan akan melebur kedalam keilahian. Maka saat itulah kondisi manusia akan mencapai kesempurnaan sejati

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡم يُحِبُّهُمۡوَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمۚذَٰلِكَفَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui(Al-maidah: 54)

Allah menegaskan tujuan penciptaan alam semesta yang tiada lain adalah akan diwarisi orang-orang sholeh[1].

وَلَقَدۡ كَتَبۡنَا فِي ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ ٱلصَّٰلِحُونَ

Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh(Al-anbiya:105)

Ada dua factor sehingga terbentuknya suku-suku dan bangsa. Pertama kondisis suku primitive yang didasarkan pada kesamaan nasib dan afinitas kebersamaan. Kedua adalah perbedaan geografis. Persatuan atas dasar kesukuan dan budaya merupakan penentangan terhadap fitrah manusia, sebab islam menginginkan manusia menjadi satu, bukan tersekat-sekat menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Sebab dengan semangat kesukuan akan mengundang konflik antar kelompok masing-masing mempertahankan kelompok mereka, dan hanya fitrah yang mampu menyatukan perbedaan ini. 

Cepat atau lambat manusia akan sampai pada kesempurnaan fitrahnya dan ini adalah ketentuan Tuhan sebelum penciptaan manusia dan bersifat final. Manusia dengan kemanusiaan yang tidak ada lagi sekat kesukuan. Islam sama sekali tidak menghendaki adanya budaya tunggal.

 

Sanggahan dengan konsep Ideology Keimanan Dan Identitas Nasionality

Menjawab atas kritikan dengan mengangkat ayat.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَر وَأُنثَىٰوَجَعَلۡنَٰكُمۡشُعُوباوَقَبَآئِلَلِتَعَارَفُوٓاْۚإِنَّأَكۡرَمَكُمۡعِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير١٣

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal(Al-hujurat:13)

Manusia secara tabiat berasal dan lahir dari suku dan budaya masing-masing, sehingga demikian budaya dan suku tidak dapat kita pisahkan dalam identitas diri sebagai manusia. Kepribadian dan identitas suatu bangsa, alam membentuk membentuk manusia, sejarah membentuk budaya manusia. Sejatinya budaya memiliki karakteristik dan inilah yang membentuk kepribadian.

Kepribadian dan identitas individu adalah differentia fashl dari yang lainnya. Artinya mencampakkan identitas berarti mencampakkan dirinya sendiri, dan lebih parah lagi jika mengambil identitas orang lain. Berarti saat itu bukan dirinya lagi namun diri orang lain yang nampak.Maka ketika seseorang lahir dari budaya meniscayakan terbentuknya identitas dalam dirinya.

Setiap bangsa memiliki cita rasa dan ideology tersendiri seperti sastra, ilmu pengetahuan, agama, etika, local wisdom, dan sebagainya. Ciri khas ini yang akan membentuk kepribadian manusianya secara kolektif kemudian melahirkan suatu jiwa semangat yang mengikat juga sebagai pemersatu.

Agama adalah ideology keimanan sedangkan nasionality adalah identitas kepribadian dari segi jiwa yang sama dari individu yang bernasib sama. Jadi hubungan antara nasionalitas dan agama seperti hubungan antara kepribadian dan iman. Artinya agama ketika menentang rasisme atau hegemoni nasional bukan berarti agama menentang  keragaman nasionalitas dalam masyarakat.

Prinsip persamaan hak dalam islam tidak menentang prinsip nasionalitas, justru islam mengakui keberadaan nasionality ini sebagai fakta real tidak terbantahkan lagi secara badihi bahwa ini merupakan bentukan fenomena alam. Sebagaimana ayat mengatakan Wakhalaknakun Min Dzakari Wa Untsa. Ayat ini menjelaskan fenomena alam secara takwini yang tak seorangpun mampu mengubahnya bahkan Nabi pun tidak mampu mengubah ketentuan takwini Allah. Memang kita sebagai manusia hanya berkisar antara laki-laki dan perempuan tidak ada makhluk selain dari keduanya.

Dari dua jenis makhluk tersebut Allah melanjutkan firman-Nya Waja’alnakum syu’ubanlalu menjadikannya bersuku dan berbangsa. Ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa kesukuan dan budaya tidak akan terpisah dengan manusianya, sebab secara dzati hal tersebut telah ditentukan oleh Allah dalam penciptaan manusia.

Ada lima hal yang harus kita perhatikan untuk mencermati ayat ini.

1. Ayat ini menyebutkan jenis kelamin. Dan ini bersifat alamiah. Kemudian kesukuan dan kebangsaan. Juga ini kehendak takwini Allah. Laki-laki dan perempuan membentuk bangsa dan kesukuan yang merupakan bagian dari system alam semesta. Dan kata Lita’arafu adalah alasan pilosofis mengapa kita dicipta bersuku dan berbangsa. Sebab jika kesukuan dan bangsa adalah identitas maka secara pasti akan bisa dikenali, namun jika tidak ada identitas maka mustahil akan dikenali. Suku adalah identitas kita dalam berislam[4].

2. Agama adalah iman sedangkan nasionality adalah identitas pribadi. Islam datang untuk mempertegas dan mengakui keberadaan nasionality kecuali dalam budaya ada tradisi yang bertentangan dengan ajaran islam seperti jaran dualitas dan pengudusan api merupakan penyimpangan orang iran, meskipun diakui sebagai produk sejarah iran. Begitu juga dengan ajaran monoteisme, penolakan menyembah selain Allah bukan dari ajaran iran  dan bukan produk ajaran bangsa iran.

3. Ayat Al-hujurat mengandung makna bahwa semua manusia berasal dari bapak dan ibu yang satu, dalam hal ini tidak perbedaan.

4. Frase kalimat Agar kamu saling mengenal, artinya personalitas bangsa harus independen sehingga antar bangsa yang satu dengan yang lainnya bisa dibedakan, maka dari perbedaan inilah kita akan saling mengenal.

5.  Terakhir manusia hakikatnya menuju kesempurnaan melalui proses bermasyarakat secara alamiah dan bentuk peradaban yang dimulai dari kebudayaan[5].


 


Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA