PUTIKA: FALSAFAH WAKTU DAN SPRITUAL ORANG MANDAR

 

                          

Para leluhur di mandar, cara mendidik mereka salah satunya adalah melalui media Pappasang, yaitu pesan yang di sakralkan. Pada titik puncaknya pappasang bisa menjadi paissangan diboco bocoi (Pengetahuan privasi) meskipun secara bahasa boco' artinya kelambu, bicara kelambu artinya sudah ranah rahasia.

Beberapa Pappasang itu, diantaranya kita kenal nama Putika. Hakikatnya putika tidak banyak bicara penuturan, sebab dia adalah perlakuan dengan simbol. Murtadha Muthahhari menyebutnya pengetahuan tanda. Segala aktivitasnya selalu diiringi pembacaan simbol untuk menghindari malapetaka tentunya untuk meraup keuntungan dan keberkahan.

Secara umum, Nilai Spiritual Putika yaitu:

1. Tata Cara sembahyang

2. Hendak memulai pekerjaan 

3. Hendak bepergian

4. Hendak membangun rumah

5. Hendak melaksanakan pernikahan

6. Doa perang

7. Tata cara menanam

8. Mantra dan jimat

9. Ramalan atau tanda harus/maita-itai.

Di antaranya Ada tata cara sembahyang, didalamnya kita mengenal Tingkatan Syariat, Tarekat, hakikat dan Ma'rifat atau disebut dengan Dzikkir Appeq (4 Jenis Dzikir).

Setelah Syahadat kita mulai dari Massambayang (Shalat), ini lengkap dijelaskan dalam manuskrip tua Lontara Tuan di Bulo-bulo. Salah satunya bicara tentang shalat. Appeq mappejappu (4 Pembahasan Thaharah), kemudian dari bua katabber (Takbiraul Ihram) sampai salam.

Meskipun sudah panjang lebar dijelaskan dalam naskah itu, namun pesannya untuk tetap mencari penuntun dari Ulama. Intinya pemahaman dan praktik keagamaan harus dituntun dan wajib mempunyai guru.  Sebab itu adalah Prasyarat untuk sampai pada Putika sambayang. Mappakedde Sambayang atau Je'ne tappattu.

Hal ini juga dijelaskan beberapa buku tarekat, salah satunya komentar Abu Bakar Aceh dalam Pengantar Ilmu Tarekat Bab Murid WA Murad, bahwa semua ilmu yang kita peroleh harus Tsiqoh, terpercaya sumbernya dari silsilah para guru tersambung sampai Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Ajaran Islam ketika menyatu dengan pemahaman Para leluhur, bukan saling kontradiksi, melainkan saling menguatkan. Masing-masing memiliki faham Mistis. Wajar, para leluhur kita ketika ingin memulai aktivitas pasti memilih hari atau waktu yang baik.
Kemudian memulai pekerjaan, semua jenis pekerjaan apapun itu selalu ada iringan do'a dan putika.

Penjelasan Logika sains mengapa ada waktu baik dan waktu buruk, bisa merujuk pada Kitab-Kitab Nujum (Astronot) seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,  Al-Battani, Ibnu Yunus atau jabir Ibnu Aflah. Atau pemikir barat kontemporer seperti Stephen Hawking bukunya A Brief History of time dan Carl Sagan karyanya Cosmos, Cosmic Connection.

Kemudian Putika Bepergian juga ada, menentukan hari dan jam berangkat yang baik. Rumusnya ada pada Bilangan Ammessa (Bilangan 9) lihat Gambar...
Selain itu, bab ini kita diajarkan mengetahui ciri-ciri orang yang jadi lawan dan kawan. Kita tahu mana orang yang bisa kita kalahkan mana yang tidak bisa. Jadi, kalau tidak ingin malu, maka jangan sekali-kali melawan yang tidak mampu kau lawan.

Secara Ilmu Psikologi, karakter seseorang bisa terlihat pada bahasa tubuhnya. Contoh kecil Alis yang tebal itu tanda orang gampang sedih (Kitab Firasat Karya Fahkru Ar-Razi) Begitupun karakter beda dilihat dari matanya. Orang jujur dan orang bohong, suaranya pasti punya nada intonasi dan artikulasi yang beda.

Gerak-gerik matanya pun pasti berbeda, biasanya orang jujur pandangan matanya lurus kedepan penuh keyakinan, jika berbohong, biasanya pandangannya berusaha dialihkan ke segala arah. Sebab apapun yang disembunyikan dalam hati akan tampak diluar, seperti yang dikatakan Sultan Al-Auliya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dalam Kitab Sirrul Asrar bahwa Kondisi batin akan terlihat pada sisi lahiriahnya.

Bukan hanya itu, bahkan membangun Rumah pun diatur dalam Putika. Inti membangun rumah dalam putika bukan main-main, tidak asal melainkan hanya niat "assalamakan" yaitu (Keselamatan dunia Akhirat) tidak perlu mewah, megah maupun besar. Intinya penghuninya bahagia dan selamat.

Menurut wawancara Sando boyang (Ahli mistis tentang Rumah) bahwa dulu leluhur kita tidak terlalu besar rumahnya. Kecil dan pendek. Ukuran ini bukan cuman rumah, tapi sampe juga ke lapuran (alat masak yang terbuat dari Tanah Liat). Cara mengukur lapuran sanga unik, yaitu seutas tali ujungnya dari dubur sampai dada. Lebarnya dari ujung tangan sampai dada kiri. Kenapa begitu, karena disesuaikan dengan kebutuhan manusia yang menghuni rumah itu.

Begitupun Pasu (Tiang sakral di rumah). Kalau pasu itu bisa dikuasai, tentu kita bisa main-main, artinya untuk menjadikan orang sakit, bisa bahkan mempengaruhi pemilik rumah untuk menjual rumahnya dan sebagainya. Anak ende (Anak Tangga) juga harus ganjil dan ditentukan posisi menghadapnya kemana. Semua benda yang ada dirumah ada filosofi dan aturan Putikanya.
Kajiannya akan lebih dalam nanti.

Tentang Putika Pertanian. Kita mulai dari hitungan abjad Hijaiyyah. Ada 28 lalu dicukupi 30. Itu sesuai dengan hari hari islam, adanya hanya 28 dan 30 dalam kalender Hijriyah.
Ketika ingin bertani, hitung pendaina bulan (Mengetahui tgl hijriyah). Tanggal 1 atau mesa pendaina bulan itu huruf Alif. Jadi huruf  BA ب itu bertepatan tanggal 2.

Alasan Putikanya adalah bahwa Titik Ba ب simbol buah, artinya jangan menanam Buah yang berbuah atas, seperti padi. Waktu itu Harus menanam umbi umbian, seperti Ubi Jalar, Singkong, kentang dan sebagainya. Sebab titik ba itu menjadi simbol buah yang berbuah dibawah tanah. Tanaman yang berbuah atas bagus untuk tgl 3 atau 4 Bulan Hijriyah, sebab simbolnya ada pada huruf  ت dan ث, titiknya berada diatas.

Ketika hitungan bulan sudah benar sesuai Putika, makan tidak khawatir lagi kerugian menimpa dalam bercocok tanam. Apalagi kita praktikkan dalam hal mapparippong yaitu tata cara beradab kepada tanaman.

Menariknya, para leluhur mempraktikkan yang sudah dipelajari. Sementara kita hanya melafalkan dan membunyikan huruf hijaiyyah saja. mereka tidak hanya melafalkan ketika megaji, tapi juga mempraktikkan simbol huruf itu untuk kehidupan sehari-harinya. Salah satunya adalah simbol huruf hijaiyyah. Mereka yakin bahwa bentuk huruf hijaiyyah dari Arab adalah bahasa Alquran yang sudah ditentukan oleh Allah, dan pasti mengandung makna dan filosofi yang dalam.

Lalu bagaimana tata cara Mapparippong? Sebelum itu kita mesti tahu cara membedakan ibu padi, bapak padi dan anak padi. Kemampuan mengidentifikasi itu awal mapparippong. Ketika yang mencolok adalah ibu padi, maka hasilnya pasti banyak. Beda ketika bapak padi apalagi anak padi. Itulah mengapa, kenapa orang Mandar tidak ingin memanen padinya sebelum ibu padi diambil terlebih dahulu, mereka menyebutnya Indo pare.

Ibu padi itu cirinya adalah buah yang sudah menunduk dipeluk daun yang ada dibawahnya, itu disebut natinande. Sifat ibu memang mengasihi dan lebih banya memeluk anaknya. Berbeda dengan Bapak Padi, buah menunduk tapi daunnya diatas. Anak Padi itu terlihat keren tapi kosong isinya, cirinya adalah buahnya bersampingan dengan daunnya.

Setelah itu mapparippong kita lakukan, yaitu memberi salam empat penjuru sudut lahan. Sebab yang ada dalam lahan itu adalah makhluk hidup, bukan benda mati. Analoginya, kalau kita bertamu ke rumah orang, pasti tidak mau masuk jika tidak ada jawaban salam. Apalagi lahan yang ditempati tanaman. Begitu pun sekedar bertamu, biasanya tidak dapat apa apa pulang. Beda dengan lahan yang memberikan kita hasil kehidupan.

Setelah melakukan salam, maka cari tanah yang tidak digenang air, yaitu tanah yang paling tinggi dan jangan menginjak tanah yang dekat dengan pematang sawah. Sebab itu bisa mengundang hama dan tikus. Bagaimana bersikap kepada hama dan tikus, dan apa kebiasaan hama yang harus difahami serta apa petunjuk putika untuk menjaga tanaman dari hama, akan saya lanjutkan nanti. Terlalu banyak tulisan untuk ukuran blog.
Wallahu A'lam.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA