IDENTITAS FRANCIS FUKUYAMA: BAIM GAK SALAH

                      (Sumber Photo: Jpn.com) 

Sebenarnya saya malas mengikuti perkembangan informasi tentang entertainment, hanya saja algoritma digital selalu mengarahkan saya kesana. Masuk fb, bicara dia, Instagram juga ada dia, youtube apalagi, tiktok semua dia. Segingga saya putuskan untuk komentar dalam tulisan ini, hehehe. Baru kali ini loh. Sebenarnya mas Baim gak salah salah amat sih, cuman tidak mengerti identitas ala francis Fukuyama.

Ketika semua warganet dalam hitungan menit menaruh simpati kepada si kakek dan mencemooh mas Baim. Saya teringat sebuah kisah yang agak mirip. Mas Baim mah belum ada apa apanya. Itu terjadi tanggal 17 Desember 2010. Konon kisah ini adalah asal muasal revolusi prancis sampai berlanjut hari ini, termasuk dirasakan oleh mas Baim. 

Suatu Ketika, seorang kakek pedagang sayur bernama Mohammad Bouazizi hendak berjualan di pinggir jalan, nampak gerombolan polisi menghampiri dan memerika berkas semua pedagang. Setelah tiba giliran Mohammad bouzazizi diperiksa, hasilnya dianggap tidak memiliki izin jualan. Polisi perempuan Bernama Faida Hamdi spontan menampar si kakek. Menyita semua sayur-mayurnya termasuk timbangan eletroniknya. Setelah itu Faida Hamdi meludahi wajah si kakek didepan umum.

Kakek Bouazizi datang ke kantor gubernur minta keadilan, tapi yang ia dapat juga hinaan dan gubernur menolak bertemu si kakek. Akhirnya didepan kantor gubernur kakek Bouazizi menyiram dirinya bensin dan membakar tubuhnya seraya berteriak kencang: “anda ingin saya mencari nafkah dengan cara bagaimana?” dalam hitungan detik, insiden ini menyebar cepat ke seluruh dunia arab. Lalu muncullah istilah musim semi arab. Imbasnya terasa di Tunisia. Kurang lebih satu bulan kerusuhan meluas dan mengakibatkan pengunduran diri Zine El Ebidine ben Ali.

Tidak cukup sampai disitu, protes besar-besaran terjadi di kota-kota lain di arab, terutama yang paling dekat seperti mesir, orang terkuat disana Husni Mubarak pun ikut lengser pada februari 2011. Kemudian terjadi di Libia, Yaman, Bahrain dan Suriah. Para demonstran turun kejalan, mendidih darah sebab kepentingan rakyat kecil sudah tidak dipedulikan lagi oleh pemerintah. Hanya saja, Bashar assad menolak lengser, akhirnya banyak warga yang tewas. Lalu apa yang menyebabkan semua ini terjadi? Kita berangkat dari Mohammad Bouazizi. 

Setiap orang memiliki identitas dalam masyarakat. Didalam identitas mempunyai tiga unsur yang sangat sensitif. Francis Fukuyama menyebutnya THYMOS, MEGALOTHYMIA dan ISOTHYMIA. Thymos adalah pusat kemarahan dan kebanggan yang dimiliki seseorang. Plato dalam Republic menyebutnya sebagai karakter yang muncul secara merata. Sementara megalothymia adalah keinginan seseorang untuk diakui sebagai superior. Isothymia adalah naluri seseorang untuk selalu ingin dihormati.

Kalaupun mas Baim punya niat baik, katakanlah ingin memberi pelajaran kepada orang agar lebih giat bekerja, bukan dengan meminta-minta. Namun ia tidak mewanti-wanti ketiga kekuatan karakter manusia ini. Ketika ia diganggu, konsekwensi logis pasti mengundang rasa kasihan, empati dan simpati, apalagi jika tersebar di dunia maya, kan kebayan tuh gimana reaksi warganet. Jika sudah demikian terjadilah yang Namanya revolusi martabat. 

Mas Baim tidak akan mendapat dukungan penuh dari warganet. Semua dukungan moral terarah kepada si kakek. Mengapa demikian? Karena Ketika mas Baim marah dan membentak, secara tidak sadar ia menunjukkan superiornya. Iya dong, Ia punya uang, namanya terkenal, kemegahan ia miliki, hidup mewah juga.

Sementara si kakek hanya punya inferior, yaitu buku dan motor dan meminta untuk dibantu dan bukan artis juga. Ketika superior membentak inferior, tiga karakter itu bergetar lalu munculah rasa kasihan. Makanya dalam politik identitas, orang yang disudutkan bisa saja menarik perhatian, meskipun ia salah. Sebab karakter itu. Wallahu a’lam.

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA