Puasa dan Diaspora: Asia, Eropa dan Amerika
Praktik ibadah puasa seringkali dipengaruhi bagaimana kondisi negara tertentu. Meskipun Nilai ajarannya sama, namun juga membawa praktik keberagaman di seluruh dunia.
Zain Office menggelar Talkshow Ramadhan, mengangkat tema "Puasa dan Diaspora: Cerita Ramadhan di Indonesia, Asia, eropa dan Amerika" Sabtu, 16/04/2022 via Zoom. Talkshow terasa khidmat ketika Muhammad Zain (Direktur Zain Office) tampil menjadi keynote speech membuka acara.
Ditambah dengan hadirnya empat Narasumber hebat masing-masing dari negara berbeda. M. Saleh Mude (Kandidat S3 Hartford international University Connecticut Amerika Serikat), Diandra Rauch (Direktur Madalle Energy Germany), Andi Zulkarnain (Sekertaris Duta Besar Nur-Sultan Kazakhstan) dan Sitti Aaisyah (Kandidat Phd Ankara University Turki).
Muhammad Zain dalam sambutannya sedikit mengupas tentang Islam Unity and Variety in Muslim Civilization karya Gustav E. Von Grunebaum. Dikatakan Muslim memang menyatu namun juga berbeda-beda. Muslim berbeda-beda namun juga satu dalam kesatuan.
Titik persatuan ada pada prinsip Agama, dalam praktik keberagamaan membangun peradaban juga mempunyai ciri khas masing-masing. Seperti halnya puasa adalah titik persatuan, umat muslim semua menyambutnya, di beberapa negara punya kisah yang berbeda.
Dari Kota Hartford juga ikut berkomentar, Tarwih berjama'ah digelar di Times Square, sebuah nama tempat persimpangan jalan utama di Manhattan Amerika Serikat. Tentunya itu adalah tanda bahwa islam mulai berkembang di Amerika Serikat. Saleh Mude menjelaskan.
Diandra Rauch berbagi pengalaman puasa. Seluruh eropa serentak 2 April mulai berpuasa, mengambil rujukan dari Mesir atau Saudi Arabia. Berislam menjadi indah ketika saling menghargai, Germany punya Masjid terbesar di eropa. Namanya Masjid Agung Koln. Menarik karena bukan hanya Warga muslim mendanai Masjid tersebut, non muslim juga ikut, sehingga terkumpul 20 juta Euro. Dan dibangun oleh arsitek yang beragama Nasrani.
Andi Zulkarnain memaparkan bahwa salah satu tantangan berpuasa di sini adalah waktu puasa yang lebih panjang. Di awal puasa kami imsak sekitar jam 05.00 kemudian berbuka puasa sekitar jam 20.00. Nanti di akhir ramadhan kami imsak sekitar jam 04.00 dan berbuka di sekitar jam 21.00. Kekuatan fisik dan niat menjadi kunci untuk bisa menjalani ramadhan di sini.
Sekretaris Dubes RI untuk Kazakhstan tersebut juga memaparkan bahwa di Kazakhstan ada banyak masjid yang sangat indah dan cantik misalnya Masjid Hazrat Sultan. Ada juga masjid yang baru di bangun yang berlokasi di dekat bandara yang akan menjadi masjid terbesar di Asia Tengah.
Terkait makanan, orang Kazakhstan tidak menyukai makanan pedas. Di momen berbuka puasa, sama seperti kita di Indonesia, mereka biasa memulai dengan memakan kurma.
Dari Turki menyapa, Sitti Aaisyah mengatakan bahwa Turki juga banyak non muslim, orang Islam banyak bermazhan Hanafi, selebihnya syafi'i, maliki dan hambali. Menerapkan Muslim sekuler. Artinya meskipun mayoritas islam, namun praktik keagamaan diatur, seperti penggunaan Toa hanya untuk adzan. Tidak untuk mengaji dan sholawatan.
Semua warga Turki mendapat hak yang sama tanpa dipengaruhi agama. Disana juga idak ada sidang Itsbat, tapi ditentukan langsung oleh badan pemerintah jauh sebelum bulan Puasa. Bahkan ditentukan malam lailatul qadar di 27 April nanti.
Comments
Post a Comment