Tekurung di Gubuk Baca, Imajinasi menembus Sekat Ruang dan Waktu


Mentari pagi mulai meninggi, teriknya semakin terasa saat melewati jalan terjal dan mendaki. Rabu, 27 April harapan Kembali hidup, semangat dan keyakinan mulai menguat. Adik-adik pojok baca siratuang sedang menunggu. Sesaat tiba sebelum dhuhur beramai-ramai mereka berlarian kearah kami. Perwakilan mahasiswa prodi ilmu pemerintahan Unasman kolaborasi dengan Zain Office, kali ini mengambil peran di kegiatan Gema Ramadhan: Lomba menulis kisah Ramadhan dan buka puasa bersama.

Tepat pukul 14.00 Wita acara dimulai, Sambutan pertama oleh ketua pojok baca kak Khalifah memberikan motivasi akan pentingnya literasi. “Zaman akan selalu berubah-ubah, mindset dan pandangan hidup juga akan menerima perubahan itu, sehingga tantangan dulu tidak sama dengan tantangan sekarang, nah, cara untuk mengetahui tantangan dan cara menghadapinya adalah kekuatan literasi”.

Dilanjutkan sambutan dari ketua Zain Office kak Farham, bercerita tentang candaan seorang teman di Jakarta waktu ditanya tentang profesi teman yang paling ditakuti, jawabnya penulis, kenapa penulis? Karena semua kebaikan bahkan keburukan seorang teman akan abadi dalam goresan-goresan pena temannya sendiri. Ilmu yang dipelajari terkadang hilang dan dilupakan, salah satu cara mengabadikan ilmu adalah dengan menuliskannya.

“Untuk mencapai sesuatu yang besar, kita harus memulai dari hal-hal yang kecil. Meskipun lomba menulis ini hanya dilakukan di dusun Siratuang desa Batupanga Da’ala, namun semua kita berharap, semoga disini lahir penulis-penulis besar. Jiwa besar tidak ditentukan dimana dia lahir, sebab itu adalah hasil dari perjuangan sejati”. Sambutan dari ketua prodi ilmu pemerintahan Unasman Kak Fitrah sekaligus membuka lomba dengan resmi.

Lomba menulis kisah Ramadhan mencipta suasana lengang, tidak satupun suara peserta terdengar, yang terdengar hanya gemerincik air dan gesekan daun yang bergoyang. Dalam gubuk kecil itulah dua puluh peserta semuanya perempuan, menembus sekat-sekat ruang dan waktu dengan imajinasinya. Ia terkurung dalam lembaran kertas, namun fikirannya melampaui jagat dalam durasi satu jam setengah. Do’a dan harapan teruntai, semoga lahir kartini-kartini baru.

Pengumuman lomba kini digelar, pemerintah desa dan tokoh masyarakat mulai berdatangan, pukul 17.20 menjelang buka puasa Bersama, semua berjejer rapi menghiasi waktu sore. Petuah kepala Desa bapak Malik mengawali dengan nada tenang “Anak-anakku sekalian, kegiatan literasi di kampung tidak boleh mati. Tonggak utama Desa untuk mandiri ialah masih ada generasi yang peduli dengan ilmu pengetahuan, mereka akan dipersiapkan menjadi pengganti dan berjuang mensejahterakan masyarakatnya, tentu itu juga butuh ilmu”

Senyum sumbringah terlihat di wajah adek-adek pojok baca, Ketika pak desa berjanji akan memberikan hadiah kepada mereka yang rajin mengunjungi pojok baca dan mengkhatamkan buku sebanyak-banyaknya. Satu per satu mereka tampil menerima hadiahnya, nampak bahagia di wajah, tak satupun kata tercipta melainkan rasa syukur kepada sang Maha pencipta. Ketika Nabi ditanya, bagaimana cara masuk syurga tanpa hisab? Nabi menjawab: “Masukkan kebahagiaan kedalam hati orang lain” dikutip dari direktur Zain Office Muhammad Zain.***


Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA