HIKMAH HALAL BI HALAL: SIAPAPUN DIA, JIKA TIDAK MEMBACA BUKU, SESUNGGUHNYA DIA TELAH MENGALAMI KEMATIAN HAKIKI
Berikut Narasi Hikmah Halal Bi Halal Oleh Guru Kita Dr. Muhammad Zain, M. Ag. di Acara Halal Bi Halal yang mengusung Tema: "Memelihara Ukhuwah, Meraih Magfirah Ilahi" Diselenggarakan oleh Karang Taruna Al-Insan Katumbangan Lemo bekerjasama dengan Zain Office, 04 Mei 2022. Narasi Hikmah, saya bagi dalam dua bagian, ini bagian Pertama.
Dimana-mana hanya ada tiga issue yang sangat hangat di dunia, Pertama adalah Pendidikan, kedua pendidikan dan yang ketiga juga pendidikan. Pada tanggal 11 April 2022 bertepatan demo besar-besaran di jakarta, di hari yang sama, mewakili Kementerian agama, untuk menyampaikan tentang kuota dan formasi P3K Guru. Semua pokok-pokok pikiran, saya sampaikan di komisi 10 DPR RI.
Salah satu komitmen, bahwa Kalau kita investasi satu rupiah untuk infrastruktur pembangunan, maka feedback nya hanya menghasilkan uang satu rupiah. Kalau kita investasi satu rupiah untuk pendidikan, ia akan mengembalikan lebih dari 1 rupiah. Saya minta jangan ragu-ragu beriventasi untuk sumber daya manusia, desa, kecamatan, kabupaten harus beriventasi ke pendidikan.
Karena ciri-ciri masyarakat yang maju ada dua, yaitu pagi-pagi masih bisa gosok gigi meskipun tidak kaya, Kedua, masih baca buku. Siapapun dia kalau tidak baca buku dia sudah mati secara hakiki. Apakah dia adalah seorang Doktor, Professor, Kiai, Pejabat besar atau kecil, siapapun dia kalau sudah tidak membaca buku, sesungguhnya dia telah mengalami kematian hakiki.
Saya tertarik hadir disini karena ada gerakan literasi dan gerakan peradaban. Bukan karena saya tidak ada kerjaan, saya membawahi satu juta guru madrasah seluruh Indonesia. Siapapun lawan bicara saya, bertemu dengan siapapun saya, tetap saya katakan: "Tidak ada kota dan daerah yang dicatat dalam sejarah dengan tinta emas, kecuali di daerah itu ada pendidikan tinggi dan berkualitas" Kalau tidak, ia akan hilang dari peradaban.
Kairo mesir, ada al-azhar 1000 umur. Di Maroko ada Universitas al-Qarawiyyin dan International University of Rabat. Di Tunisia ada University of Monastir. Di London Inggris ada Oxford dan Cambridge University. Di Belanda ada Amsterdan university, Ultrecht University dan Leiden University, Di Jerman ada Humboldt Berlin University dan Munchen University, di Amerika ada Harvard University dan Stanford University.
Semua kota-kota besar dunia maju peradabannya, karena pasti ditopang Oleh pendidikan yang besar dan berkualitas. Kazakhstan ada Alfarabi University, Australia punya Newcastle University, Prancis punya Pantheon Sorbonne University, Makkah punya Ummul Qura University, China punya Peking Beijing University dan sebagainya. Betapa pentingnya kualitas sumber daya manusia dalam membangun sebuah peradaban yang besar.
Berjuang untuk pendidikan, kita tidak boleh berfikir hari ini saja untuk pendidikan. Lakukan kebijakan khusus untuk memperhatikan pendidikan. Karena pendidikan itu jangka panjang, ia tidak seperti menanam jagung. 10-15 tahun baru kelihatan. Dulu waktu saya ngaji kitab di bonde, saya sering ke Katumbangan, berangkat dari tomadio. Tahun 1983 an hanya dokar disini sekarang sudah mobil, ini bukti kalau peradaban akan semakin laju. Kalau tidak ditunjang oleh kemajuan pendidikan, kita hanya akan jadi penonton.
Era Generasi 5.0 ada banyak ribuan pekerjaan hilang, namun ada beberapa 97 juta pekerjaan baru bermunculan. Namun peluang itu, hanya untuk orang-orang berpendidikan. Jika tidak, kita hanya akan terseret di pojok-pojok peradaban. Saya tidak mau orang mandar hanya jadi penonton. Orang mandar harus tegak kepalanya di kampungnya dan kampung orang.
Suatu waktu, saya pergi ke Kanada dari Vancouver lalu ke Toronto. Sekitat 15 Jam diatas pesawat. Tiba di Bandara diarahkan masuk kedalam detector. Ternyata orang Indonesia di mata orang barat dianggap membawa penyakit ke Eropa. Karena kita hidup di daerah tropis, Di Eropa kalau musim hujan, banyak penyakit dan vaksinasi. Di Indonesia anak-anak main hujan pun gak ada efek apa apa. Itu karena, kekurangan literasi sehingga kita dianggap rendah di mata eropa.
Mengapa Sultan Hasanuddin mampu melawan VOC, sekali lagi, bukan belanda yang menyerang tapi VOC perusahaan dagang. Sultan hasanuddin adalah anak dari Raja, dia punya literasi yang tinggi, dia tahu apa yang akan terjadi, tahu perkembangan teknologi disana. Jika literasi kita tinggi, kita akan tahu apa yang terjadi 10, 20, 30 sampai 50 tahun yang akan datang. Sebaliknya, jika literasi kita rendah, jangan kan besok, hari ini saja tidak tahu bagaimana dan apa yang akan terjadi.
Satu contoh sederhana, hari ini jika kita tidak menguasai link zoom dan virtual meeting. Kalau tidak memanfaatkan sebaik-baiknya maka kita akan kehilangan mimbar. Mimbar sekarang bukan hanya di masjid, mimbar kita hari ini ada di Youtube, Zoom, Instagram, Whatsaap dan sebagainya. Begitu cepatnya perubahan zaman, jika itu disambut tanpa literasi yang kuat, pasti kita hanya tergilas oleh zaman.
Comments
Post a Comment