Jejak-Jejak Ulama Nusantara, Membangun Hubungan dengan Hijaz


Tradisi islam di masyarakat selalu identic dengan simbol, menariknya sistem simbol ini dipengaruhi oleh sistem nilai didalamnya. Simbol yang dimaksudkan adalah sistem Bahasa, seni kesusastraan, mitos, ilmu pengetahuan, sejarah dan sebagainya. Di sisi lain, islam mempunyai konsep tauhid sebuah konsep sentral berisi ajaran bahwa tuhan adalah pusat dari segala sesuatu, sehingga meniscayakan manusia menyembah-Nya. 

Reflksi keberislaman kita di mandar selalu terfokus kepada Bukan islamnya sebagai simbol, namun sistem nilai yang menjadi praktik keberislaman. Maka tidak heran simbol keberagamaan seperti sastra di beberapa syair mandar, misalnya parrawana towaine, kalindaqdaq dan sebagainya sangat dipengaruhi sistem nilai dan konsep tauhid islam. Mitos yang berkembang di masyarakat juga selalu dikaitkan dengan simbol-simbol agama.

Dalam study agama, kita mengenal doktrin dan ma’qul/rasional. Doktrin itu ada dalam kewajiban beragama, doktrin Perintah ibadah misalnya, sebagian tidak bisa dirasionalkan. Seperti Jumlah rakaat sholat dan jumlah rakaat qashar sholat lima waktu, mengapa bukan enam, tujuh atau sepuluh?. Semua ini sifatya ta’abbudi, menuntut kita dalam ketaatan.

Ada juga yang bersifat aqliyat, agama islam itu rasional seperti mengapa harus beragama, mengapa harus ada Tuhan, Nabi dan sebagainya, biasanya hal seperti ini dibahas dalam akidah, kalam dan logika filsafat islam. Selain itu, agama juga memiliki tokoh, seperti ulama, Syekh, Kiyai, Ustadz, Wali, Rasul, Nabi. Kemudian dalam agama itu juga ada Ritual, yaitu perayaan agama, seperti perayaan maulid, idul fitri dan sebagainya. Rumah agama juga mesti ada, seperti masjid, mushollah, vihara, gereja dan lainnya.

Selama ini kita membaca sejarah islam dari snouc Hurgronje, bahwa islam datang belakangan setelah bangsa mongol menyerang dan keruntuhan islam di Baghdad, setelah itu islam muncul di kerajaan Samudra pasai pada abad 12. Sementara Pada fakta sejarah oleh buya hamka menegaskan bahwa kontak komunikasi orang arab Hijaz dengan Nusantara, terjadi jauh sebelum ada kerajaan Samudra pasai di Aceh, alasan logisnya adalah, tidak mungkin berdiri kerajaan tanpa didahului kontak secara langsung. Islam sudah ada di Nusantara sebelum ada kerajaan Samudra pasai.

Bisa kita temukan juga di beberpa data sejarah seperti para pedagang yang disebut Tashi atau anak-anak laut, mereka bertekad untuk mennggalkan arab saat peperangan terjadi antara Sayyidina Ali melawan Muawiyah pada perang shiffin, melalui jalur teluk Persia, kemudian terdampar di aceh, terjadi pada 657 M. Saat itu keberadaannya di Nusantara masih Intens berkomunikasi, berkirim surat kepada khalifah dinasti Umayah saat itu.

Era khaifah Umar Bin Abdul Aziz Bersama putranya, Abdul Malik pada tahun 718 M pernah menginjakkan kaki di Palembang, sumatera selatan, saat kerajaan Sriwijaya masih kokoh berdiri dengan rajanya Srindra Varma, yang kemudian tertarik untuk memeluk islam, terbukti pada nisannya terdapat tulisan La Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah. Bukti surat-surat ini masih disimpan aman di museum oxford Inggris.

Kemudian dalam kitab kuno Aja’ib Al-hind dan al-Iqd Al-farid menuliskan pada masa umar bin abdul aziz, mengirim surat ke sriwijaya. Juga terjadi surat menyurat antara ratu Sima dengan Bani Umayah yang berkuasa pada 661 M, bukti suratnya masih ada tersimpan si museum Granada, Spanyol. Selain itu, Ibnu Batutah dan Pires juga menegaskan bahwa abad 13 itu sudah ada hubungan yang baik antara samudera pasai dan Persia. Menariknya pada abad 7, mata uang emas pada masa sahabat, itu juga beredar di nusantara khususnya di sumatera, kerajaan Samudra pasai pada masa raja Sultan Malikul Zahir pada abad ke 7. 

Ini juga bisa dibuktikan dari batu nisan Sultan Malik As-Saleh di Samudra pasai itu berlanggam Gujarat atau jalur perdagangan sutera laut antara Indonesia, cambay timur tengah dan eropa. Di pulau Jawa, penyebar islam dikenal Walisongo, catatat bahwa Walisongo ini tidak hanya ahli dalam agama, mereka juga punya keahlian masing-masing. 

Lalu para Wali di Nusantara selain memiliki kemampuan dalam Agama, mereka juga punya pengathuan tinggi di ilmu-ilmu lain. Ahli pengobatan ada maulana ishaq dan maulana muhammada ali akbar. Ahli tata negara maulana malik isroil, maulana malik Ibrahim dan sunan giri. Begitupun dengan tajul khalwati Syekh Yusuf Al-Makassari, jarang kita menemukan tokoh yang mempunyai pengaruh di dua negara, Indonesia dan di afrika seperti syekh Yusuf.

Lalu bagaimana dengan mandar dan tradisinya? Insya Allah akan ditulis selanjutnya.

Narasi ini ditulis dari Acara Diskusi Terbuka dengan tema, Islamku, Islam anda, Islam Kita: Menyoal Tradisi Islam di Mandar, Narasumber Dr. Muhammad Zain, digelar di Aula Asrama MAN 1 Lampa, minggu 22 Januari 2023 Via Online dan Offline. Diselenggarakan oleh Zain Office dan Sufis Institute. Dihadiri dari berbagai latarbelakang peserta, Mulai dari Cendekiawan Muslim, Annangguru, Pegiat Literasi, Budayawan, Seniman, Aktivis, Guru-guru Madrasah sampai generasi Muda.


Luyo, 24 Januari 2023

Comments

Popular posts from this blog

Tips Berbahagia Ala Aristoteles

Hanya Homo Symbolicum yang Memahami USSUL

PESAN SAKTI RANGGAWARSITHA